Pimpinan Pertempuran 10 November Raih Gelar Pahlawan Nasional
jpnn.com - JAKARTA - Satu per satu keluarga tokoh bangsa mengucapkan syukur atas gelar pahlawan nasional yang diberikan pemerintah pada empat tokoh di Istana Negara, Jakarta, Jumat, (7/11).
Salah satunya adalah keluarga dari almarhum HR Mohamad Mangoendiprodjo, pemimpin pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Menko Maritim Indroyono Soesilo, cucu dari Mangoendiprodjo mengaku sangat bahagia, kakeknya dapat memperoleh gelar tersebut.
"Pengusulan eyang kami untuk dapat gelar ini sudah dilakukan dari 3 tahun lalu oleh berbagai kalangan dan kalangan masyarakat Jawa Timur. Kami mengucapkan banyak terimakasih sekali," ujar Indroyono.
HR Mohamad Mangoendiprodjo lahir pada 1905 dan tutup usia pada 1988. Almarhum adalah mertua mantan Menko Polkam Soesilo Soedarman dan eyang dari Menko Maritim Indroyono Soesilo.
Sebelum terlibat aktif dalam perang kemerdekaan, Mangoendiprojo yang lulusan OSVIA pada 1927 bekerja sebagai Pamong Pradja. Karirnya sebagai birokrat berjalan lancar hingga menjabat sebagai sebagai Wakil Kepala Jaksa kemudian Asisten Wedana di Jombang, Jawa Timur.
Namun rasa kebangsaannya yang kemudian membuat Mangoendiprojo memutuskan bergabung dalam Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Lulus pendidikan militer, dia ditugaskan sebagai Daidancho atau Komandan Batalyon di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, semua anggota PETA menjadi pasukan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI.
Masuknya kembali pasukan Belanda (NICA) di Surabaya pada 25 Oktober 1945 menjadi operasi militer terbesar pertamanya. Mangoendiprojo bersama Bung Tomo, Doel Arnowo, Abdul Wahab dan Drg Moestopo, memimpin perlawanan terhadap pasukan sekutu yang berlangsung di seluruh penjuru Surabaya.
Hingga pada 29 Oktober 1945 pimpinan sekutu mengadakan pertemuan dengan Bung Hatta untuk melakukan gencatan senjata. Pada pertemuan tersebut, Muhamad diangkat oleh Jendral Oerip Soemomihardjo sebagai pimpinan TKR Jawa Timur dan kontak biro dengan pihak sekutu.