Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Heroik, Penjahit Merah Putih Pertama Hadir Saat Upacara HUT RI

Minggu, 21 Agustus 2016 – 21:33 WIB
Heroik, Penjahit Merah Putih Pertama Hadir Saat Upacara HUT RI - JPNN.COM
Tampak, Aminah (kanan) saat upacara peringatan HUT RI di Tidore Utara. FOTO: Malut Post/JPNN.com

jpnn.com - Warga Mareku selalu merayakan kemerdekaan pada 18 Agustus. Bukan lantaran tak mengakui 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. 18 Agustus menjadi sakral, karena pada tanggal itulah, 70 tahun silam, Merah Putih perdana berkibar di Indonesia Timur, tepat di desa mereka.

FAKHRUDDIN ABDULLAH, Tidore

Sehari pasca perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-71, warga Mareku, Tidore Utara, berkumpul di Tanjung Mareku.

Di Tanjung tersebut berdiri monumen yang menandai sebuah peristiwa heroik. 70 tahun silam, tepatnya 18 Agustus 1946, bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan sejumlah pemuda Mareku.

Merah Putih ini tercatat sebagai bendera Indonesia yang pertama kali berkibar di Indonesia Timur. Sekaligus menyimbolkan kemerdekaan Indonesia dari Jepang, yang sebelumnya hanya mengakui kemerdekaan Pulau Jawa dan sekitarnya.

Di balik peristiwa bersejarah itu, tercatat nama Abdullah Kadir, si pengibar bendera, dan Aminah Sabtu, perempuan yang menjahit bendera tersebut. Keduanya merupakan warga Mareku. Abdullah telah wafat 2009 silam. Namun Aminah masih berumur panjang. Saat peristiwa heroik itu, usianya baru 19 tahun.

Ketika Soekarno dan Muhammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia Timur masih harus menunggunya setahun kemudian. Tak ingin terus diinjak-injak penjajah, para pemuda bertekad menyatakan kemerdekaan juga. Kabar kebebasan harus disebarkan. Salah satu caranya adalah mengibarkan Merah Putih di tanah Maluku.

Maka berkumpulnya warga di tanjung kemarin (18/9) untuk memperingati keberanian Abdullah dan rekan-rekannya. Aminah Sabtu yang kini berusia 89 tahun juga hadir. Meski rumahnya hanya beberapa langkah dari monumen, ia mesti dipapah anak cucunya. Di Tanjung Mareku, ia ditempatkan di sebuah kursi plastik, sejajar dengan inspektur upacara.

Warga Mareku selalu merayakan kemerdekaan pada 18 Agustus. Bukan lantaran tak mengakui 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. 18 Agustus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close