Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan jumlah perempuan yang mengalami pelecehan seksual semakin meningkat. Namun survey terbaru menunjukan sebagian besar anak muda di Australia menilai perilaku memaksakan tindakan seksual kepada perempuan yang mabuk atau memakai pakaian terbuka adalah hal yang normal.Satu dari 5 perempuan di Australia mengalami kejahatan pelecehan seksual dan angka itu meningkat dua kali lipat di kalangan wanita berusia 18 - 24 tahun. Our Watch, organisasi nasional yang bertujuan mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak belum lama ini melakukan survey terhadap 600 anak muda di Australia berusia 12 - 20 tahun, dari survey ini mengungkapkan apa yang mereka sebut sebagai fenomena perilaku mengganggu dikalangan anak-anak muda Australia. Satu dari 5 perempuan melaporkan mendapat tekanan untuk melakukan tindakan seksual dan seperempat dari anak-anak muda mengaku mereka menganggap perilaku semacam itu adalah hal yang normal. Lebih dari sepertiga dari anak muda yang disurvey mengatakan sulit untuk menghormati wanita yang sedang mabuk dan lebih dari setengah mengaku sulit bersikap menghormati wanita yang menggunakan pakaian terbuka. Mary Barry, Direktur Our Watch, mengatakan perilaku ini perlu ditantang. "Jadi kami berusaha berbicara dengan anak-anak muda tentang isu-isu ini untuk memastikan bahwa mereka dapat mengatasi sikap pembenaran ini dan memahami perbedaan antara hal yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan," Barry mengatakan bagian dari masalah ini adalah bahwa sejumlah orang belajar sendiri tentang apa artinya memberi persetujuan tersebut. "Orang-orang muda ini tidak benar-benar memiliki informasi dan bimbingan yang cukup seputar seks, hubungan yang saling menghormat dan persetujuan, dan apa yang terjadi adalah sebagian besar dari mereka dibiarkan sendiri mencari tahu informasi seputar hal itu untuk diri mereka sendiri. "Jadi mereka kemudian menggunakan informasi yang mereka cari sendiri itu sebagai panduan, padahal banyak dari mereka mendapatkannya dari panutan keliru, dan akhirnya mereka mengacu kepada pornografi. "Jadi inilah media yang akan menjadi rujukan mereka jika tidak tersedia media yang benar untuk mereka," Beenush Khokhar, mahasiswa 20 tahun dari Universitas Teknologi Queensland memulai event Women's Collective pekan lalu. Dia mengatakan generasinya memerlukan pemahaman yang lebih baik mengenai kesetaraan gender, termasuk pendidikan mengenai persetujuan seksual. "Mereka tidak ingin melakukan sesuatu tapi mereka akan merasa dipaksa melakukan tindakan seseorang karena ucapan "kamu akan melakukannya jika memang kamu mencintai saya', kata Khokhar. "Atau jika sesuatu terjadi dan mereka melaporkan diri sebagai korban penyerangan seksual, maka gugatannya akan dibatalkan karena situasi mereka hanya karena mereka minum bersama dan kemudian mencium seorang pria atau kemudian mereka pergi ke kamar, seolah-olah tindakan seperti itu adalah persetujuan untuk korban diperkosa," Khokar mengatakan pendidikan mengenai hubungan yang saling menghormati sudah lama dinantikan. "Secara pribadi ketika saya mulai berkencan, saya akan melakukan riset dan berbicara dengan orang, jadi saya akan pergi ke klinik kesehatan dan akan berhubungan dengan orang di klinik kuntuk mengetahui apakan artinya persetujuan melakukan tindakan seksual," Dia mengatakan pendidikan seks di sekolah tidak memasukan informasi mengenai apa yang dimaksud dengan hubungan seksual yang saling menghormati dan sehat. Sebuah kampanye yang mentargetkan kalangan anak muda yang diberinama The Line dirilis di sejumlah universitas di Australia selama pekan orientasi di kampus.
BACA JUGA: Kemenlu Australia Peringatkan Warga Kemungkinan Serangan Teroris di Malaysia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penelitian Terbaru: Ekowisata Belum Tentu Akan Bantu Kelestarian Orangutan