jpnn.com, UKRAINA - Kepala Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi menyebut sebanyak satu juta jiwa rakyat Ukraina meninggalkan negaranya dalam tujuh hari terakhir.
Rusia diketahui menginvasi Ukraina sepekan terakhir.
BACA JUGA: Amerika Serikat Puji Sikap Indonesia Terkait Resolusi PBB Atas Invasi Rusia
Filippo Grandi menyatakan hal tersebut lewat kicauannya di Twitter, Kamis (3/3).
“Hanya dalam tujuh hari, kami sudah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga,” ujar Grandi dalam kicauannya.
BACA JUGA: Nama Soeharto Dihilangkan dari Sejarah? Mahfud MD Bilang Begini
“Bagi jutaan orang lainnya di dalam Ukraina, sudah waktunya bagi senjata untuk diam, sehingga bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dapat diberikan,” katanya.
Sebelumnya, rumah-rumah warga sipil di kota Kharkiv, Ukraina, terus-menerus dibombardir dan terkena dampak dari serangan misil yang dilancarkan Rusia ke kota tersebut.
BACA JUGA: Tiongkok Menyoroti Sanksi Finansial Terhadap Rusia, Begini
"Kami terus-menerus dibombardir dengan sedikit jeda."
"Mereka mengebom rumah-rumah sipil secara acak untuk menimbulkan ketakutan," kata Volodymyr Yuriyovych Yurchenko (24 tahun) kepada ANTARA melalui aplikasi Telegram.
Yurchenko adalah seorang mahasiswa di Institut Politeknik Kharkiv yang juga tinggal di kota Kharkiv, yang pada Selasa (1/3) mendapat serangan misil dari Rusia.
Menurut Yurchenko, para warga Ukraina di Kharkiv didorong untuk tinggal di tempat-tempat penampungan.
Selain itu, seluruh sistem kereta bawah tanah di kota itu juga beralih fungsi sebagai tempat perlindungan di mana orang-orang membawa semua barang yang dibutuhkan, tetapi banyak stasiun dalam kondisi kapasitas penuh.
"Saya, ibu saya, saudara laki-laki saya, dan orang-orang dari apartemen kami duduk di ruang bawah tanah."
"Di sini dingin tetapi kami masih bisa bertahan. Kami menyeret balok kayu dari jalan, kursi, dan segala yang kami bisa untuk membuat tempat ini nyaman."
"Kami sudah tahu akan ada perang sehingga kami memiliki cukup makanan untuk saat ini," katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyatakan pihaknya siap menampung pengungsi Ukraina.
“Untuk melanjutkan solidaritas dengan rakyat Ukraina, kami akan melanjutkan untuk menerima mereka yang mencari perlindungan di negara ketiga,” kata Kishida setelah sambungan telepon tersebut.
Dia menambahkan bahwa fokus awal adalah kepada orang-orang dengan kerabat atau teman di Jepang.
“Untuk mendukung Ukraina dengan kuat, kami akan memperkuat koordinasi dengan G7 (Kelompok Tujuh negara-negara industri utama) dan masyarakat internasional,” katanya kepada awak media.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang