10 Negara Adu Hitungan di Bogor

Senin, 30 Desember 2013 – 02:14 WIB

jpnn.com - BOGOR-Sebanyak 128 peserta dari 10 negara bertarung adu hitungan dalam Asia Inter-Cities Teenager’s Mathematics Olympiad (AITMO) atau kompetisi matematika se-Asia di SMP Taruna Bangsa, Kecamatan Babakanmadang kemarin.

Dalam kejuaraan itu, ada tiga kategori yang dipertandingkan, yaitu kompetisi individual di mana seluruh peserta mengerjakan soal matematika isian singkat dan uraian selama dua jam. Kategori kedua yaitu kompetisi tim dan puzzle challenge, di mana tiap peserta akan diadu dengan memainkan tic tac toe  tiga dimensi.

BACA JUGA: Anggaran Perawatan Minim, Pompa Penyedot Air Mati

Namun, tidak semua peserta memahami kategori yang terakhir. Baru hari pertama, peserta asal Iran terlihat menangis lantaran gagal menaklukan tantangan puzzle. Padahal, ini masuk dalam penilaian dalam AITMO.

Liaison Officer (LO) atau pendamping pelajar Iran, Wisnu Satrio Prayogo mengatakan, ketegangan yang membuat peserta kesulitan menaklukan soal-soal. “Dia sedih karena kalah, tapi kemungkinan bukan karena itu. Soalnya agak serius sih suasananya, jadi kami biarkan, karena itu sudah menyangkut kepribadian dia,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.

BACA JUGA: Siapkan Kantong Parkir dan Alihkan Arus Lalin untuk JNF 2013

Apa yang disampaikan Wisnu ada benarnya juga. Pantauan wartawan koran ini, peserta sangat tenang saat mengerjakan materi dari kategori individual dan tim. Namun kepanikan mulai terlihat di wajah mereka saat dihadapkan pada tantangan puzzle.

Untuk memainkan model tic tac toe tiga dimensi ini, diperlukan konsentrasi ekstra tinggi. Jadi, dibutuhkan suasana tenang dan tanpa gangguan suara.

BACA JUGA: Empat Koridor Busway Beroperasi 24 Jam saat Pergantian Tahun

Ketua Pelaksana, M Fachri mengatakan, setiap tahun materi ujian berbeda-beda. Baik itu dari konsep maupun penyajiannya. “Kenapa ada tiga kategori  yang dipertandingkan" Karena ini bermaksud memberi peluang kepada peserta untuk berkompetisi di bidang yang mereka kuasai. Seperti soal individu, mereka mau tidak mau harus mengerjakan materi tentang aljabar, geometri, dan teori bilangan. Sedangkan di kompetisi tim, mereka akan memilih mana yang dikuasai. Jadi, ada delapan soal individu dan dua soal beramai-ramai,” bebernya panjang lebar.
    
Deputi Leader tim Indonesia, Satya menjelaskan, beragam komentar meluncur dari mulut peserta usai mengikuti dua kategori awal.  Menurutnya, masing-masing anak mempunyai strategi dan salah sedikit saja bisa fatal akibatnya. “Ada yang bilang susah, ada juga yang bilang mudah, tapi mayoritas mengalami kesulitan pada kategori individu,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu peserta Indonesia asal Bogor, Fauzan Hanandito mengaku, kesulitan yang ditemuinya saat mencari ide terkait bagaimana konsep mengerjakan materi dalam kategori individu.

Dito, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kompetisi kategori tim lebih mudah dan tenang, sehingga ia tak mengalami kesulitan saat mengerjakannya. Berbeda halnya dengan kompetisi tantangan puzzle yang merupakan terakhir dari tiga kategori yang ada.
“Kurang teliti adalah faktor yang menyebabkan saya gugur di babak penyisihan, karena tidak  memperhatikan taktik lawan,” tutur pelajar SMPN 1 Bogor ini.

Sedangkan Muhammad Sabila Haqqi, siswa SMPIT Darul Jannah Bogor yang lolos ke 64 besar menuturkan, faktor mental sangat penting dalam menghadapi permainan ini. “Saya kalah di babak pertama. Nah, di situ mentalnya jangan jatuh, baru kita harus memperhatikan taktik lawan dan tetap menjaga konsentrasi,” ungkapnya.

Pengumuman hasil AITMO akan dilakukan  bersamaan dengan penutupan acara di Aula Griya Dharma Wulan Sentul, hari ini. Keempat juri yaitu Prof Wen Hsien Sun dari Taiwan, Simon Chua dari Filipina, dan dua dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satunya adalah Dr Saladin Uttunggadewa, mulai mengoreksi materi ujian peserta.(cr27/c)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditusuk, Pekerja Diskotek Tewas Tanpa Busana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler