10 Pelajar Tewas Akibat Tawuran

Kamis, 08 Maret 2012 – 12:25 WIB
BOGOR - Kualitas pendidikan di Bogor memang patut dipertanyakan. Layaknya preman, pelajar masa kini sudah enggan berkeliaran di perpustakaan atau taman bacaan, tetapi pelajar justru lebih memilih nongkrong di perempatan-perempatan sembari menikmati kepulan asap rokok. Tawuran, adu bacok dan un prestasi. Itulah yang bisa  ditunjukkan pelajar kini.

Dari data yang dihimpun Satgas Pelajar Kota Bogor, sedikitnya 10 pelajar tewas dalam aksi kekerasan antar pelajar yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

"Mulai 2008 hingga 2012, tercatat beberapa kejadian kasus kekerasan yang dilakukan pelajar. Dan kasus terakhir yang terjadi itu menyebabkan satu orang pelajar tewas dalam tawuran yang terjadi pada Februari 2012," ujar Ketua Harian Satgas Pelajar Kota Bogor, TB Ruchjani.

Selain aksi kekerasan seperti tawuran dan penjegalan, penyimpangan perilaku lain yang dilakukan pelajar seperti mengkonsumsi minuman keras, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas juga masih bahkan semakin marak dilakukan oleh pelajar di Kota Bogor ini.

"Memang tawuran besar yang terjadi di Kota Bogor jarang terjadi, tapi penjegalan yang berakibat adu fisik itu sering terjadi bahkan hampir setiap hari. Dan dari data yang dihimpun, penyimpangan perilaku seperti itu lebih sering dilakukan oleh siswa SMP dan SMK," tambah Ruchjani.

Dari data rekapan yang dimiliki Satgas Pelajar Kota Bogor, diketahui SMA menduduki peringkat ketiga dalam penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh pelajar. Sedangkan, SMP menduduki dan SMK menduduki peringkat pertama dengan catatan 88 kasus ditambah dengan perilaku seks bebas.

Beratnya tugas satgas dan minimnya personil hingga kinipun tak menjadi sorotan pemkot untuk melakukan penataan.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Bogor Atmaja mengatakan banyaknya tawuran di kalangan pelajar tidak lain disebabkan minimnya asupan ilmu moral yang diberikan oleh civitas academika. “Kuncinya itu pada ketegasan pelaku pendidikan. Kalau gurunya sudah malas untuk mengawasi, berarti kehancuran moral siswa tinggal menunggu waktu,” ketusnya.

Pengamat Pendidikan Kota Bogor Surdjaman mengatakan solusi yang mungkin bisa dilakukan oleh pemkot dalam menekan angka tawuran adalah menyibukkan jam belajar siswa. “Kalau memang sangsi tegas masih belum membuat jera siswa. Pemkot harus menerapkan kurikulum baru. Siswa-siswa yang mempunyai backgrond susah diatur, harus dipecat atau ditambah jam belajarnya. Dan bagi sekolah yang tidak mau menerapkan, pemkot harus berani memberikan sangsi,” kritiknya.(yus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Tolak BBM Naik Terus Bermunculan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler