WARGA DKI Jakarta diminta lebih waspada. Berdasarkan pantauan Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, terdapat 10 titik sumber gempa yang ada di sekitar Jakarta. Sumber gempa terbesar berada di Selat Sunda dengan kekuatan hingga 8,4 skala Reichter.
Ketua Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, Masyhur Irsyam mengungkapkan hal itu, Selasa (17/4). "Kekuatan gempa bisa lebih dari 8,4. Ada yang menyebut sampai 8,7 dan 9 skala Reichter," jelas Masyhur.
Ketua Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung ini menambahkan, berdasarkan perhitungan yang ada, gempa dari Selat Sunda jika terjadi akan menyebabkan getaran dasar tanah Jakarta hingga skala 0,12 g (p.g.a atau skala kecepatan getaran tanah). Getaran itu akan berakibat fatal bagi gedung atau bangunan yang memiliki ketahanan di bawah 0,12 g.
"Di Jakarta, gedung lebih dari delapan lantai memiliki ketahanan getaran tanah hingga 0,2 g. Artinya, masih tahan terhadap potensi ancaman dari Selat Sunda itu," katanya.
Namun, ketahanan serupa sama sekali tidak terdeteksi pada bangunan-bangunan di bawah delapan lantai di Jakarta, termasuk perumahan milik warga. Mashyur menyebut, bangunan dengan ketahanan di bawah 0,12 g bisa dipastikan tidak akan mampu menahan getaran gempa dan mereka yang berada di dalamnya harus memahami teknik penyelamatan diri jika gempa terjadi.
"Kami berharap Pemerintah Daerah memberikan syarat kepada bangunan agar IMB (Izin Mendirikan Bangunan) mulai diketatkan untuk menjamin bahwa hanya bangunan tahan gempa yang dibangun," ujar Masyhur.
Kebijakan tersebut idealnya tidak hanya diterapkan bagi bangunan-bangunan di bawah delapan lantai Jakarta saja, melainkan seluruh Indonesia mengingat ancaman gempa tidak hanya ada di ibu kota. Pria berkacamata ini menambahkan, hingga kini sumber-sumber gempa yang mengancam Jakarta terdeteksi berada di luar wilayah ibukota.
Selain Selat Sunda, sumber gempa lain yang mengancam Jakarta berada di sisi selatan Pulau Jawa dan sesar Lembang. Menurutnya, hingga kini belum diketahui apakah Jakarta memiliki sumber gempa atau tidak. "Belum ada bukti otentik ada atau tidaknya sumber gempa di Jakarta," kata anggota Tim Penasihat Konstruksi Bangunan DKI Jakarta ini.
Di tempat yang sama, anggota pantauan Tim Revisi Peta Gempa Indonesia dari ITB Bandung Irwan Meilano menambahkan, sumber gempa di darat ataupun laut yang mengancam Jakarta jaraknya sekitar 500 kilometer. Selain dari Selat Sunda, sumber-sumber gempa itu antara lain berada di sesar Semangko dengan potensi gempa maksimal 7,6 skala Richter (SR) dan Lembang dengan potensi gempa 6,5 SR.
Pada jarak yang lebih jauh, ada sesar Bumiayu dan Baribis, sesar Pati dengan gempa maksimum 6,8 SR, serta sesar Opak dengan potensi gempa maksimum 6,4 SR. Selain itu, masih ada sumber lain yang berasal dari zona subduksi Sumatera dengan kekuatan 8,k2 skala Reichter dan subduksi Jawa sebesar 8,1 skala Reichter.
Namun dampak getaran gempa akan lebih terasa pada wilayah dengan karakter tanah lunak. Tanah lunak bisa memperbesar goyangan hingga 2-2,5 kali dari kekuatan gempa.
Di Jakarta, terdapat dua wilayah yang memiliki karakteristik tanah lunak. Dua wilayah itu adalah Jakarta Barat dan Jakarta Utara yang berdekatan dengan pantai dan berawa. Untuk wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan tanahnya tergolong sedang.
Di tempat yang sama, Staf Khusus Presiden Andi Arief menyebut, data-data geologis atas ancaman gempa harus disikapi dengan langkah antisipatif. "Ancaman itu ada. Tidak perlulah kita berdebat-debat. Lebih penting untuk menyiapkan diri jika gempa benar-benar terjadi. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga daerah di sekitarnya," terang mantan aktivis mahasiswa ini.
Andi mengakui, sumber gempa yang ada di Jakarta masih menjadi perdebatan namun secara ilmiah dan terbukti secara otentik, sumber gempa berada di luar wilayah ibukota. "Memang ada catatan-catatan dari Belanda yang menyebut Jakarta terkena gempa. Tapi, secara otentik tadi sudah disebutkan belum diketahui apakah ada sumber gempa di Jakarta," tandas Andi.
Pada 1699 dan 1780, Jakarta pernah terguncang gempa yang dalam catatan Belanda sampai menghancurkan gereja yang kini menjadi Museum Wayang. Gempa juga melanda Jakarta saat Krakatau meletus pada 1883. (tir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan dan Istri Sapu Monas
Redaktur : Tim Redaksi