129 Orang Tewas Akibat Wabah Ini, Penularannya Bisa Lewat Ciuman dan Bersin

Rabu, 08 September 2021 – 22:45 WIB
Arsip - Seorang pria berbelanja di pasar tradisional di tengah wabah COVID-19 di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, March 2020. Foto: Reuters/Antara

jpnn.com, KONGO - Wabah meningitis di Provinsi Tshopo, timur laut Republik Demokratik Kongo kini telah menewaskan 129 orang.

Jumlah ini dari 267 orang yang telah terinfeksi sejak kasus pertama ditemukan pada Juni.

BACA JUGA: Kaitan Kasus Positif Corona dengan Gejala Meningitis

Investigasi pada awal Juni di dekat Panga, sekitar 270 kilometer utara Kota Kisangani, menemukan pasien menderita demam, sakit kepala, leher kaku, dan kesulitan berbicara, kata Menteri Kesehatan Jean-Jacques Mbungani pada Selasa (7/9).

Tes yang dilakukan oleh Institut Pasteur di Paris mendeteksi salah satu jenis bakteri yang paling umum, Neisseria meningitidis, yang berpotensi menyebabkan wabah besar, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

BACA JUGA: Selain Glenn Fredly, 5 Artis Ini Juga Didiagnosis Meningitis

Meningitis ditularkan melalui ciuman, bersin, atau batuk pada seseorang, atau tinggal dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi.

Orang-orang dari segala usia dapat tertular meningitis, tetapi penyakit ini terutama menyerang bayi, anak-anak dan remaja.

BACA JUGA: Waspada Penularan Meningitis

"Kami bergerak cepat, mengirimkan obat-obatan dan mengerahkan para ahli untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan wabah dalam waktu sesingkat mungkin," kata Direktur Regional WHO Afrika Matshidiso Moeti.

Provinsi Tshopo terletak di sabuk meningitis Afrika, yang membentang di seluruh benua dari Senegal hingga Ethiopia.

Kongo telah dilanda sejumlah wabah di masa lalu, termasuk wabah pada 2009 yang menginfeksi 214 orang dan menyebabkan 15 kematian, menurut WHO.

Selain dilanda konflik bersenjata selama bertahun-tahun, korupsi, dan kekurangan dana, sistem kesehatan Kongo dalam empat tahun terakhir telah memerangi empat wabah Ebola, kolera dan campak endemik, wabah pes, dan pandemi COVID-19. (rtr/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler