14 Kandidat Berebut Kursi Kepala LAN

Rabu, 04 Januari 2012 – 22:19 WIB

JAKARTA - Sebanyak 14 kandidat berebut kursi kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN). Di hari kedua seleksi, lima dari 14 kandidat menjalani tes wawancara oleh tim penilai yang diketuai Wakil Menpan&RB Eko Prasodjo, Rabu (4/1).

Kelima kandidat itu adalah Abdul Wahab Achmad (Widyaiswara Utama Kementerian Perindustrian), Agus Dwiyanto (Guru Besar Administrasi Negara UGM), Bima Haria Wibisana (Deputi bidang Monev dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP), Deddy S. Bratakusumah (Deputi Tatalaksana Kemen PAN dan RB), dan Desi Fernanda (Deputi Bidang Litbang Administrasi Pembangunan dan Otomasi Administrasi Negara LAN).

Salah satu kandidat Kepala LAN, Agus Dwiyanto memaparkan berbagai permasalahan terkait dengan revitalisasi STIA LAN, yang akan dijadikan services academy, mensinergikan diklat PIM dengan Lemhanas.

Bima Haria Wibisana yang juga sebagai kandidat Kepala LAN mengedepankan peran LAN dalam percepatan program reformasi birokrasi. “LAN harus menjadi center of excellence,” ujarnya.

Namun Sarwono Kusumaatmadja mempertanyakan usianya yang masih relatif muda, karena lahir tahun 1961. Padahal tidak sedikit para pengajar dan para deputi LAN umumnya lebih senior. Tetapi menurut Bima, hal itu bukan masalah, dan dia mengaku sudah delapan tahun menduduki jabatan eselon I, dengan staf yang jauh lebih senior. Untuk itu, yang perlu dilakukan adalah membuka ruang untuk kompetisi berdasarkan kompetensi, yang tidak selalu identik dengan latar belakang pendidikan.

“Perlu adanya standarisasi kompetensi widyaiswara, sesuai dengan kompetensinya. Sekarang banyak diisi dengan pensiunan Sekda, pensiunan Dirjen dan sebagainya. Kalau perlu dibuat sertifikasi untuk pegajar di LAN,” ujarnya.

Sementara kandidat Kepala LAN Deddy S Bratakusumah dalam presentasinya antara lain merekomendasikan perlunya merevisi Renstra LAN dan menyesuaikan dengan grand design reformasi birokrasi.

Sofian Effendi mengomentari dua peran besar LAN , yakni think tank dan fungsi sebagai diklat aparatur negara. Tapi kenyataannya sekarang banyak kebijakan pemerintah yang lebih bersifat reaktif. “Peran LAN di mana,” sergahnya.

Menurut Deddy, saat ini yang menonjol dari LAN sebagai lembaga diklat, padahal peran itu hanya salah satu dari lima deputi yang ada. Agar berperan lebih besar, maka LAN harus dijadikan mitra strategis Kementerian PAN dan RB, kemudian hasil kajiannya dibawa ke Kementerian  PAN dan RB.

"LPNK seperti LAN bisa langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai kepala negara, bukan kepala pemerintahan. Bagi LAN, hal itu menjadi demotivasi,” ujarnya.

Kandidat terakhir di hari kedua, Desi Fernanda memaparkan makalahnya menyangkut peran LAN dalam membangun kapasitas aparatur negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "LAN perlu kedeputian yang mengembangkan administrasi, sementara tiga kedeputian litbang yang ada perlu disederhanakan. Jadi ada integrasi litbang dengan kedeputian kebijakan publik. LAN perlu reorganisasi untuk mendukung visi percepatan organisasi. Hilangkan pusat-pusat kajian (eselon II) jadi koordinasi, dengan basis fungsionalisasi," bebernya.Ke depan, lanjut Desi Fernanda, LAN bukan menjadi birokratif institution, tapi scientific institution. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Imunisasi Masih Banyak Ditolak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler