jpnn.com - SUDAH 16 tahun, Haji Sumandar menjaga masjid kantor Pertamina, yang berlokasi di Sorpus, Kota Sorong. Masjid bernuansa asri dan tenang itu terlihat sangat damai, menyimpan beberapa cerita menarik dari si penjaganya.
Rabu (22/6) sore, Radar Sorong menuju salah satu masjid di Kota Sorong yaitu masjid di Kantor Pertamina EP Asset 5 Field yang berada di sekitar pemukiman warga Sorpus (Jl. A Yani), untuk menemui Sumandar.
BACA JUGA: Tiket KA, H-10 Sampai H2+10 Sudah Ludes
Memasuki masjid tersebut, terlihat dua orang anak kecil yang tengah membersihkan bulu ayam. Memberitahu maksud kedatangan saya dan rekan saya. Kedua anak tersebut, langsung memanggilkan sang ayah, lalu keluarlah seorang lelaki berusia lanjut menggunakan peci putih, berbaju kaos dan bercelana pendek, dengan alat pendengar yang terpasang di telinganya.
Mengawali perkenalan, kami menyampaikan maksud tujuan kami. Dengan senyum ramah, ia mengajak kami untuk duduk di teras masjid. Sebelum menjadi penjaga masjid, pria yang dikaruniai empat anak tersebut merupakan salah satu staff di kantor Koperasi Pertamina EP Sorong. Namun, karena kecelakaan yang menimpanya, mengharuskan ia menggunakan alat pendengar, di tahun 2000, ia akhirnya di mutasi ke masjid sebagai penjaga masjid.
BACA JUGA: Para Pemudik Sepeda Motor, Ada Imbauan Dari Pak Jonan nih
Menurutnya ke masjid, menggantikan Alm. H. Suyut, yang lebih dulu menjadi penjaga masjid tersebut. Banyak suka duka yang ia alami, selama 16 tahun ia menjaga masjid tersebut. “Saya sudah 16 tahun di sini, menggantikan almarhum H. Suyut,” katanya.
Mulai dari ancaman untuk ditikam, gangguan dari pemabuk yang tidur di teras masjid, hingga seringkali terdapat kotoran manusia yang ia dapati di sekitaran masjid, menjadi beberapa memori yang diceritakannya.
BACA JUGA: Tips Berbelanja Kebutuhan Lebaran ala Ibu-Ibu Muda
Sabar dan beradaptasi merupakan cara yang ia lakukan untuk tetap bertahan sebagai penjaga masjid pertamina tersebut. Sebagai penjaga masjid, mestinya ia harus tinggal di sekitar wilayah masjid. Oleh karena itu, bekas tempat air wudhu diubah menjadi tempat tinggal untuknya sekeluarga. “Sekarang tinggal disini, dulunya tempat ambil wudhu, dibikin jadi rumah,” ungkapnya.
Namun, saat ini masjid yang berada di tengah pemukiman warga yang mayoritas beragama non-muslim. Tidak menjadi halangan buatnya, justru hubungan yang terjalin sangat baik, dengan lebih menciptakan toleransi antar warga sekitar. “Kita saling toleransi, kalau ada ibadah kita mengurangi volume pengeras suara masjid,”ucapnya.
Fisiknya yang masih mampu untuk melakukan aktivitas, tidak membuatnya mencoba untuk mencari pekerjaan lain, tanggung jawabnya sebagai penjaga masjid, membuat ia bertahan untuk melakukan aktivitas, mulai dari membersihkan halaman masjid, alat sholat, memperbaiki dan menjaga agar masjid yang ia jaga tetap bersih dan terawat serta nyaman untuk beribadah. (namirah hasmir/***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Catat! Mulai H-5 Kendaraan Berat Dilarang Lewat
Redaktur : Tim Redaksi