17 Tahun Berjuang, Korban Kerusuhan SARA Akhirnya Dapat Kompensasi Rp 1 Miliar

Minggu, 26 Mei 2019 – 15:00 WIB
Bilkis Bano, korban kerusuhan SARA di Gujarat, India, pada 2002 akhirnya mendapatkan keadilan. Foto: PTI

jpnn.com, GUJARAT - Tak ada senyum bahagia di wajah Bilkis Bano saat beberapa media datang ke rumahnya. Bano menjadi sorotan khalayak. Mahkamah Agung (MA) India baru-baru ini memutuskan bahwa dia berhak mendapat kompensasi USD 71 ribu (Rp 1, 031 miliar), pekerjaan di pemerintahan, dan sebuah rumah yang lokasinya sesuai dengan keinginan Bano.

Yang membayar semuanya adalah pemerintah Gujarat, India. Itu adalah kompensasi terbesar yang pernah diberikan kepada korban kerusuhan maupun pemerkosaan.

BACA JUGA: Patriot Bercincin

"Saya senang dengan keputusan tersebut. Ada banyak teman, aktivis perempuan, dan petugas yang membantu saya mendapatkan keadilan," tegas perempuan 36 tahun itu seperti dikutip Al Jazeera.

Bano memang patut senang. Setelah 17 tahun berjuang, dia akhirnya mendapat keadilan.

BACA JUGA: Sayap RSS

Bano adalah korban pemeriksaan masal saat terjadi kerusuhan di Gujarat 2002 lalu. Sebanyak 13 anggota keluarganya dibantai saat itu. Termasuk putrinya yang masih berusia 3 tahun. Karena itu, meski keadilan berada di pihaknya, dia tak bisa benar-benar bersukacita. Sebab, orang-orang yang dicintainya tak akan pernah kembali ke pelukannya.

BACA JUGA: Kematian Sopir Angkot Picu Kerusuhan SARA, Sangat Mencekam

BACA JUGA: Pemilu 7 Tahap

Kepada media, Bano menceritakan pengalamannya saat kerusuhan antaragama di Gujarat terjadi pada 2002. Kala itu dia masih berusia 19 tahun dan hamil 5 bulan.

Semua bermula saat kereta yang berisi 60 umat Hindu terbakar. Mereka marah dan menuduh umat muslim sebagai pelakunya. Pembantaian berkobar dengan cepat.

Bano dan keluarganya adalah muslim yang tinggal di tengah-tengah komunitas Hindu. Mereka meninggalkan rumah di Desa Randhikpur, Gujarat, saat situasi memanas. Umat Hindu mencari rumah-rumah dan properti warga muslim di tiap-tiap desa dan membakarnya.

Suatu hari, Bano dan keluarga bertemu dengan segerombolan massa Hindu yang berang. Keluarga Bano diserang. Hampir semua dibunuh. Termasuk putri Bano yang masih berusia 3 tahun dan bayi Shamim, sepupunya, yang berusia 2 hari.

Bano yang tengah hamil tua diperkosa ramai-ramai. Dia selamat karena pura-pura mati sebelum akhirnya pingsan. Kerusuhan di Gujarat itu mengakibatkan setidaknya 2 ribu orang kehilangan nyawa. Mayoritas adalah muslim.

"Mereka bahkan tak mengizinkan kami membersihkan jenazahnya dan menguburkannya," katanya.

Begitu situasi mulai tenang, Bano melapor kepada polisi. Sayang, laporannya tak digubris. Dia dan suaminya akhirnya melapor ke Komisi HAM. Lembaga tersebutlah yang membuat petisi ke MA agar kasus Bano dimejahijaukan.

Pada 2017, 11 tersangka pemerkosa Bano akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum penjara seumur hidup. Sebagian besar para pelaku itu adalah tetangga Bano sejak kecil.

Dibutuhkan perjuangan keras bagi Bano untuk mencari keadilan. Dia berkali-kali mendapat ancaman pembunuhan. Meski begitu, tak pernah terlintas dalam kepalanya untuk menyerah.

Rencananya, Bano membuat simpanan khusus yang ditujukan kepada para korban pemerkosaan di India. Diharapkan, uang itu bisa membantu para korban untuk memulai proses hukum. "Mereka (korban pemerkosaan) harus berjuang seperti yang saya lakukan. Mereka harus punya keberanian. Jika tidak ada, saya yang akan memberi," tegasnya. (sha/c19/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... EVM via Novelis


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler