jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi meresmikan pengoperasian kereta api bandara di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (2/1).
Mengenakan kaus merah lengan panjang, celana jins, dan sepatu kets, penampilan kasual Presiden tampak kontras dibandingkan para menteri dan undangan yang rata-rata berpakaian formal.
BACA JUGA: Pakai Kaus Saat Resmikan KA Bandara, Begini Kata Jokowi
Usai peresmian, Presiden bersama sejumlah menteri langsung menjajal KA bikinan INKA itu.
Jalur yang dijajal adalah jalur baru antara bandara Soekarno-Hatta sampai Staisun Duri, disambung dengan jalur existing antara stasiun Duri hingga Stasiun Sudirman Baru.
BACA JUGA: Jokowi Resmikan KA Bandara Soekarno Hatta
Di antara para penumpang, tampak pula beberapa anggota Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) yang ikut serta dalam uji coba.
Rupanya, kursi roda ukuran standard tidak bisa lewat di dalam lorong kereta yang lebarnya sekitar 50 cm.
BACA JUGA: KA Bandara Beroperasi, Jadwal KRL Lintas Duri Terganggu?
’’Kalau tipe sport seperti punya saya, lebih kecil, tapi ini sudah ngepres banget,’’ tutur anggota GAUN Retnowati saat menjajal lorong KA menggunakan kursi rodanya.
Perjalanan selama 55 menit itu tampak membuat presiden puas. ’’Keretanya bagus, nyaman, yang paling penting tepat waktu. 55 menit tet sampai,’’ ujar Jokowi setibanya di Stasiun Sudirman Baru.
Dia juga sudah menerima masukan dari GAUN, dan harus diakui fasilitas untuk penyandang disabilitas masih kurang. Baik di dalam stasiun bandara maupun di dalam KA.
Sedangkan, di stasiun Sudirman Baru sudah cukup baik. Terkait hal itu, Jokowi berjanji membicarakannya dengan menteri perhubungan.
Mengenai tarif, menurut Jokowi masih dalam tahap penghitungan. ’’Rp 70 ribu kita harapkan masih dipertahankan, tapi masih dihitung,’’ lanjutnya.
Sebab, ada tujuan yang lebih besar dalam pembangunan KA Bandara. Yakni, mengalihkan pengguna mobil pribadi agar mau menggunakan sarana transportasi masal.
Targetnya,KA tersebut bisa menggaet konsumen yang tadinya menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju bandara.
Kendaraan-kendaraan pribadi itu akan ditampung di Stasiun Gambir atau Pacific Place, dan dari kedua lokasi itu disediakan layanan komuter menuju stasiun Sudirman Baru.
Secara keseluruhan, KA bandara merupakan bagian dari grand design transportasi massal khususnya di Jabodetabek.
KA tersebut akan terintegrasi dengan KRL, Bus TransJakarta, MRT, dan LRT yang bisa menjangkau jabodetabek.
Lebih luas lagi, integrasi akan ditambah dengan kereta cepat Jakarta-Bandung dan KA semicepat Jakarta-Surabaya.
Selain itu, integrasi transportasi masal tersebut jua akan menjadi alat untuk memindahkan kebiasaan masyarakat menggunakan uang tunai menjadi cashless.
Untuk saat ini, memang masih disediakan loket untuk membeli tiket prepaid. Namun, dalam jangka panjang, penggunaan non tunai seperti uang elektronik, kartu debit, hingga kartu kredit akan diprioritaskan.
Jokowi mengatakan, transportasi massal yang aman, nyaman, dan tepat waktu di Jabodetabek sudah menjadi sebuah keharusan.
’’Karena kemacetan setiap tahun menghabiskan anggaran Rp 67 triliun. Hilang karena macet,’’ tambah mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi menuturkan, presiden meminta dua hal untuk dilakukan dalam jangka pendek.
Pertama, konektivitas dengan stasiun Manggarai dipercepat sehingga semakin mudah dijangkau pengguna KRL.
’’Yang kedua, cepat ditingkatkan headway-nya, jadi 15 menit,’’ terangnya.
Saat ini, untuk sementara headway KA bandara berlangsung tiap sekitar satu jam.
Setiap satu jam, satu rangkaian KA berisi enam gerbong berangkat dengan membawa maksimal 272 penumpang.
Dalam sehari, bakal ada 42 headway dengan total penumpang yang terangkut maksimal 11.424 orang.
Meskipun demikian, berdasarkan skenario yang ada, sangat mungkin jumlah total headway riil hanya 37. Dari Sudirman, kereta pertama berangkat pukul 03.51 dan kereta terakhir pukul 21.51.
Bila dihitung, menghasilkan 19 headway. Sementara, dari bandara, kereta pertama berangkat pukul 06.10 dan berakhir pukul 23.10, sehingga menghasilkan 18 headway.
Budi menambahkan, terkait tarif, pihaknya sedang mendiskusikannya dengan semua pihak, terpasuk PT Railink selaku pengelola.
’’Karena ini entitas bisnis, kita juga tidak bisa memaksakan mereka dengan income yang rendah,’’ tambahnya. Harus ada substitusi income, apakah berupa subsidi pemerintah atau sponsor. (byu/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kini, ke Bandara Soekarno Hatta Cuma 55 Menit
Redaktur & Reporter : Soetomo