2 Pilihan Penderita Covid-19 di Ukraina, Anda Mungkin Merinding Membacanya

Senin, 14 Maret 2022 – 08:54 WIB
Pengungsi Ukraina yang menyelamatkan diri dari invasi Rusia harus menunggu berjam jam di depan stasiun. Foto: Antara/OTO/Reuters/Kai Pfaffenbach/FOC/djo

jpnn.com, KIEV - Memakai masker dan menjaga jarak menjadi masa lalu buat warga Ukraina sejak Rusia menginvasi mereka pada 24 Februari hingga hari ini.

Langkah-langkah pencegahan Covid-19 yang direkomendasikan selama pandemi telah diabaikan oleh warga Ukraina yang sekarang fokus menyelamatkan hidup mereka.

BACA JUGA: Ukraina Gunakan AI Canggih Buatan Amerika, Tentara Rusia Tak Mungkin Lolos

Namun, virus itu belum hilang. Saat Rusia mulai menyerang, tercatat hanya 38% warga Ukraina yang telah divaksinasi penuh.

Data dari kementerian kesehatan setempat menyebutkan lebih dari 646.000 kasus aktif Covid-19 dilaporkan saat pasukan Vladimir Putin masuk ke Ukraina.

BACA JUGA: Wartawan AS Brent Renaud Tewas di Ukraina, Lehernya Ditembak Tentara Rusia

Hanya sehari sebelum invasi, yakni 23 Februari, lebih dari 25.000 kasus baru Covid-19 terdaftar di Ukraina.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Ukraina sebenarnya mulai keluar dari salah satu gelombang corona terburuk sejak pandemi dimulai.

BACA JUGA: Sebelum Jokowi Datang, Kawasan IKN Turun ke Zona Oranye Covid-19, Alhamdulillah

Namun, seperti banyak negara lain, Ukraina mengalami lonjakan jumlah kasus Omicron. Puncak terakhir terjadi pada awal Februari.

Hingga pertengahan Februari, 60% tes Covid-19 yang dilakukan di negara itu positif.

Serhii Fokin, warga Kiev yang menderita Covid-19 pun harus menentukan pilihan sulit.

Berkumpul bersama warga lainnya di tempat perlindungan dengan risiko menularkan penyakitnya, atau tinggal di rumah berisiko tewas kena rudal Rusia.

Fokin memilih opsi kedua, tinggal di apartemennya.

Dia mengetahui terjangkiti Covid-19 pada 24 Februari, hari pertama Rusia menyerang. Kiev dibom, tetapi laboratorium masih beroperasi dan menawarkan pengujian.

Fokin tidak memberi tahu dokter keluarganya bahwa dia sakit, karena menurutnya tidak perlu mengambil cuti sakit selama perang. "Selain itu, para dokter mungkin sedang menyiapkan banyak hal di masa ini," katanya seperti dilansir The Kyiv Independent, Minggu (13/3).

Tetap saja Fokin takut jika suatu waktu dia membutuhkan bantuan medis. "Memang tidak ada komplikasi, tetapi saya sangat takut dalam situasi ini," ujarnya.

Pada malam kedua serangan Rusia, Fokin mendengar beberapa ledakan di Kiev. Dia pun merinding melihat tetangganya panik dan berlari ke tempat perlindungan bom.

Namun, tidak peduli seberapa takutnya dia, bergabung dengan tetangganya bukanlah pilihan bagi Fokin.

Dia mengatakan saat ini dia batuk terus-menerus dan risiko menginfeksi orang di tempat penampungan terlalu tinggi.

Fokin juga khawatir dia tidak akan bisa tidur di lantai di tempat penampungan yang akan terlalu membebani tubuhnya yang sudah lemah.

“Meninggal karena pemboman hanyalah sebuah kemungkinan,” tuturnya.

Pakar WHO mengatakan bahwa perang menciptakan kemungkinan besar penyebaran penyakit menular.

Tempat penampungan sangat padat dan akses ke rumah sakit terbatas, karena cedera perang menjadi prioritas.

Pada 6 Maret, 34 rumah sakit Ukraina rusak atau hancur oleh perang Rusia.

Menteri Kesehatan Viktor Lyashko menyebutkan sejumlah mobil dengan oksigen untuk pasien Covid-19 menjadi sasaran serangan Rusia.

Warga Kiev lainnya, Kateryna Ilchenko terinfeksi Covid-19 di tempat perlindungan selama hari-hari pertama invasi. Ada sekitar 30 orang yang bersembunyi dari penembakan di tempatnya.

“Ruangnya cukup besar, tetapi tidak ada ventilasi,” kata Ilchenko.

Setelah terinfeksi, dia masih terus pergi ke tempat penampungan setelah mendengar peringatan serangan udara. "Saya berusaha tidak melupakan masker," katanya.

Ilchenko tidak berbuat banyak untuk melawan virus, hanya minum lebih banyak air panas dari biasanya.

“Sejujurnya, Covid-19 bukan kekhawatiran terbesar saya,” katanya.

Ibunya terjebak di Irpin, sebuah kota satelit di luar Kiev yang telah menjadi medan perang.

Ilchenko tidak bisa fokus mengurus dirinya sendiri sambil mengkhawatirkan ibunya yang dalam bahaya.

Meskipun penyebaran Covid-19 di Ukraina saat invasi Rusia tampak seperti masalah lokal, hal itu bisa memengaruhi pandemi di sejumlah negara tetangga.

Badan pengungsi PBB menyebutkan lebih dari 2,5 juta warga meninggalkan Ukraina dengan sebagian besar dari mereka pergi ke Polandia. Jumlah itu bisa tumbuh hingga empat juta orang. (ki/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler