JAKARTA – Sepanjang 2012, beras yang diserap Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) dari petani lokal mencapai 3,664 juta ton. Ini naik di atas dua kali lipat dari realisasi pengadaan 2011 sebesar 1,742 juta ton.
Bahkan jika dibandingkan pengadaan beras pada 2009 yang mencapai 3,620 juta ton, pengadaan tahun ini masih unggul. ’’Ini merupakan kali pertama terjadi sepanjang sejarah Bulog,’’ kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ketika memaparkan kinerja perusahaan tahun lalu di kantornya, Jakarta, Kamis (3/1).
Selain karena panen yang bagus, realisasi pengadaan beras berhasil berkat empat strategi yang dijalankan Bulog. Yaitu dorong tarik, jaringan semut, insentif, dan on farm. ’’Intinya, petugas lapangan kami lebih aktif turun ke sentra pertanian membeli gabah dari petani. Dalam program pengadaan, kami juga banyak melibatkan jaringan masyarakat petani,’’ kata Sutarto.
Keberhasilan menyerap beras petani lokal menyebabkan keran impor dapat ditekan. Dari satu juta ton beras yang diizinkan untuk diimpor pada 2012, Bulog hanya merealisasikan 670 ribu ton. Rinciannya, 600 ribu ton beras asal Vietnam, dan 70 ribu ton dari India.
Untuk 2013, Sutarto optimistis tidak akan impor beras. Syaratnya, target produksi padi naik 6 persen. Jika itu tercapai, tidak akan ada impor beras karena stok awal tahun yang ada di gudang Bulog sudah cukup tinggi.
Hingga 31 Desember 2012, Bulog berhasil mempertahankan stok beras pada level aman, yakni sebesar 2,27 juta ton. Posisi stok ini juga tertinggi yang berhasil dicapai Bulog. Stok sebanyak itu mampu mencukupi kebutuhan untuk delapan bulan penyaluran rutin, termasuk untuk perdagangan, industry, dan jasa.
Tingginya stok beras yang ada di Bulog berguna pula untuk stabilitas harga. Kenaikan harga beras di pasaran akan terkontrol karena di Bulog banyak stok. Kalau pun naik, perusahaan pelat merah itu akan langsung melakukan operasi pasar.
Sedangkan realisasi penyaluran beras untuk keluarga miskin (raskin) pada 2012 mencapai 3,35 juta ton. Dan beras yang ditebar dalam operasi pasar sepanjang tahun lalu mencapai 298 ribu ton. Realisasi operasi pasar 2012 jauh lebih sedikit dibanding 2011 yang mencapai 403 ribu ton.
’’Panen padi banyak gagal pada 2011 sehingga harga beras tinggi. Di tahun itu kami sering melakukan operasi pasar. Sedangkan panen di 2012 cukup baik sehingga operasi pasar lebih sedikit,’’ kata Sutarto.
Bulog pada tahun ini menargetkan penyediaan beras 3,55 juta ton sehingga dapat mencukupi berbagai kebutuhan sampai akhir tahun serta mengamankan stok beras 2,2 juta. Angka penjualan komersial juga ditargetkan naik menjadi Rp 8,3 triliun atau hampir dua kali lipat dari realisasi penjualan komersial pada 2012. (dri)
Bahkan jika dibandingkan pengadaan beras pada 2009 yang mencapai 3,620 juta ton, pengadaan tahun ini masih unggul. ’’Ini merupakan kali pertama terjadi sepanjang sejarah Bulog,’’ kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ketika memaparkan kinerja perusahaan tahun lalu di kantornya, Jakarta, Kamis (3/1).
Selain karena panen yang bagus, realisasi pengadaan beras berhasil berkat empat strategi yang dijalankan Bulog. Yaitu dorong tarik, jaringan semut, insentif, dan on farm. ’’Intinya, petugas lapangan kami lebih aktif turun ke sentra pertanian membeli gabah dari petani. Dalam program pengadaan, kami juga banyak melibatkan jaringan masyarakat petani,’’ kata Sutarto.
Keberhasilan menyerap beras petani lokal menyebabkan keran impor dapat ditekan. Dari satu juta ton beras yang diizinkan untuk diimpor pada 2012, Bulog hanya merealisasikan 670 ribu ton. Rinciannya, 600 ribu ton beras asal Vietnam, dan 70 ribu ton dari India.
Untuk 2013, Sutarto optimistis tidak akan impor beras. Syaratnya, target produksi padi naik 6 persen. Jika itu tercapai, tidak akan ada impor beras karena stok awal tahun yang ada di gudang Bulog sudah cukup tinggi.
Hingga 31 Desember 2012, Bulog berhasil mempertahankan stok beras pada level aman, yakni sebesar 2,27 juta ton. Posisi stok ini juga tertinggi yang berhasil dicapai Bulog. Stok sebanyak itu mampu mencukupi kebutuhan untuk delapan bulan penyaluran rutin, termasuk untuk perdagangan, industry, dan jasa.
Tingginya stok beras yang ada di Bulog berguna pula untuk stabilitas harga. Kenaikan harga beras di pasaran akan terkontrol karena di Bulog banyak stok. Kalau pun naik, perusahaan pelat merah itu akan langsung melakukan operasi pasar.
Sedangkan realisasi penyaluran beras untuk keluarga miskin (raskin) pada 2012 mencapai 3,35 juta ton. Dan beras yang ditebar dalam operasi pasar sepanjang tahun lalu mencapai 298 ribu ton. Realisasi operasi pasar 2012 jauh lebih sedikit dibanding 2011 yang mencapai 403 ribu ton.
’’Panen padi banyak gagal pada 2011 sehingga harga beras tinggi. Di tahun itu kami sering melakukan operasi pasar. Sedangkan panen di 2012 cukup baik sehingga operasi pasar lebih sedikit,’’ kata Sutarto.
Bulog pada tahun ini menargetkan penyediaan beras 3,55 juta ton sehingga dapat mencukupi berbagai kebutuhan sampai akhir tahun serta mengamankan stok beras 2,2 juta. Angka penjualan komersial juga ditargetkan naik menjadi Rp 8,3 triliun atau hampir dua kali lipat dari realisasi penjualan komersial pada 2012. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BUMN akan Bangun Pabrik Gula Modern di Banyuwangi
Redaktur : Tim Redaksi