22 Hari Terjadi 59 Kali Gempa di Indonesia, Apa Penyebabnya?

Sabtu, 23 Januari 2021 – 07:17 WIB
Ilustrasi gempa. Grafis: Sultan Amanda Syahidatullah/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, selama Januari 2021 di Indonesia terjadi 59 kali gempa yang guncangannya dirasakan masyarakat.

Dari jumlah tersebut, terbanyak terjadi di Sulawesi Tengah.

BACA JUGA: Pakar Geologi Beri Peringatan soal Gempa Jatim, Termasuk di Surabaya

"Sejak awal Januari 2021 di wilayah Indonesia terjadi peningkatan aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat. Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa total gempa dirasakan (felt earthquake) sejak 1 hingga 22 Januari 2021 hari ini, tercatat sebanyak 59 kali," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat (22/1).

Peningkatan aktivitas gempa dirasakan selama Januari 2021 tersebut lebih banyak dibandingkan pada Januari 2020 yang tercatat 54 kali.

BACA JUGA: Ini Hasil Analisis BMKG terkait Penyebab Banjir dan Longsor Sulut

Dia merinci berdasarkan lokasi sumber gempa dirasakan paling banyak di Sulteng tercatat 10 kali, Sulawesi Barat tujuh kali, Nusa Tenggara Timur enam kali, serta Lampung dan Papua Barat masing-masing empat kali.

Beberapa provinsi lain yang juga terjadi gempa yang dirasakan seperti di Aceh, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Bengkulu, DIY, Papua, Sulawesi Selatan, Bali, Gorontalo, Jawa Tengah, Maluku, Maluku Utara, Sumbar dan Sumatera Utara.

BACA JUGA: Komjen Listyo Sigit Melarang Polantas Melakukan Tilang, Respons Kombes Sambodo Begini

Dia mengatakan, adanya fenomena peningkatan aktivitas gempa signifikan dan dirasakan di berbagai wilayah belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.

Gempa bumi adalah proses pelepasan energi yang terjadi secara tiba-tiba pada sumber gempa setelah mengalami akumulasi medan tegangan yang sudah berlangsung sejak lama.

"Gejala meningkatnya aktivitas gempa pada waktu-waktu tertentu seperti saat ini masih sulit diterangkan. Ada dugaan, perubahan pola tegangan global, regional, bahkan lokal tampaknya dapat menerangkan gejala ini. Hingga saat ini fenomena ini masih terus dikaji para ahli kebumian, untuk mengungkap penyebabnya," kata Daryono. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler