22 Tahun NAIF: Tak Ada Lagi Ego, Hanya Penyakit

Selasa, 31 Oktober 2017 – 15:14 WIB
Band Naif. Foto: Instagram

jpnn.com - Minggu (22/10) NAIF merayakan ulang tahun ke-22 dengan meluncurkan album ketujuh. Tajuknya manis, 7 Bidadari.

Kemarin, Senin (30/10) band yang digawangi David, Emil, Pepeng, dan Jarwo tersebut berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Graha Pena, Jakarta. Mereka buka-bukaan soal album terbaru dan 22 tahun perjalanan di industri musik. Berikut obrolan dengan mereka.

BACA JUGA: 3 Tahun, 10 Lagu, 7 Bidadari

 

Apa yang istimewa dari album 7 Bidadari?

BACA JUGA: 22 Tahun dan Masih Berkarya, Ini Rahasia Naif

Emil: Lagu-lagunya nggak ada di album sebelumnya, hahaha! Album ini berisi 10 lagu. Semuanya baru, meski ada 1–2 lagu yang ditabung sejak beberapa tahun lalu. Single pertama, 7 Bidadari, liriknya terinspirasi dari legenda Jaka Tarub dan 7 Bidadari. Awalnya, Jarwo kasih nada pancingan, lalu disambut dengan gembira oleh kami bertiga.

 

BACA JUGA: Ada 7 Bidadari di Album Baru Naif?

Eksplorasi musik dalam album ini?

Emil: Dari musik, aransemen, tidak banyak yang berubah. Orang kalau mendengar album ini pasti tetap merasakan NAIF banget.

David: Ada elemen gendang dan seruling pipa di lagu Sedjak. Lagu itu saya bikin sudah lumayan lama. Lalu, saat proses kreatif bareng NAIF, spontan muncul ide diisi instrumen lain.

 

Jarak dengan album sebelumnya, Planet Cinta, lama banget. Kenapa?

David: Prosesnya sekitar 3 tahun. Salah satu kendalanya, waktu. Kita susah rekaman di tengah jadwal manggung off-air yang padat. Gambar sampul album dibuat Glenn Wolk, ilustrator dari AS. Itu makan waktu juga. Proses produksi vinil juga berbulan-bulan. Jadi, memang pada akhirnya pas diluncurkan di ultah ke-22 ini.

 

Glenn Wolk menggarap artwork The Beatles, Rolling Stones, Lady Gaga, dan Justin Bieber. Kok bisa menggandeng dia di album ini?

David: Kontak lewat Instagram, awalnya. Kirim direct message, lalu dari situ ngobrol untuk kerja sama ini. Dia minta diperdengarkan lagunya dan riset tentang kisah legenda ini. Jadilah desain sampul album yang menurut kami indah.

 

Liriknya masih setia pakai bahasa Indonesia semua, ya...

David: Buat kami, membuat lirik berbahasa Indonesia itu menantang. Sebagai musisi Indonesia, menurut kami akan lebih mudah dicerna dan maksud lagunya tersampaikan dengan bahasa Indonesia. Bukan berarti nggak boleh pakai bahasa asing. Tapi, kami harus bangga dengan bahasa Indonesia.

 

Mempertahankan band selama 22 tahun bukan hal mudah. Gimana dinamika antarpersonel selama ini?

Emil: Yang namanya beda pendapat, pasti pernah. Istilahnya ’’berantem produktif’’. Biasanya, dalam proses bikin lagu atau lagi rekaman, pasti ada penyesuaian-penyesuaian dalam berkarya. Di usia 22 tahun ini, masalah ego sudah lewat. Masalahnya sekarang penyakit. Hahaha.

David: Ada yang waktu nyanyi tiba-tiba gigi copot. Kaki keseleo. Emil kalau mau jongkok mesti pelan-pelan. Jarwo strap gitar yang seharusnya menyilang di bahu jadi ditaruh pinggang.

Pepeng: Kalau saya, sering pakai koyo.

 

Pengalaman berkesan lainnya?

David: Bisa bertahan selama 22 tahun itu berkesan buat saya. Dan, semoga terus sampai puluhan tahun ke depan. Oh iya, saya pernah dicium fans laki-laki di Semarang. (personel lainnya tertawa). Sama kami pernah manggung di daerah yang namanya Kurungan Nyawa di Sumatera Selatan. Asli, hard-core banget nama daerahnya.

 

Harapan NAIF?

Emil: Mengalir aja. Terus berkarya. Dulu, saya pernah mikir bakal pensiun di umur 35. Ternyata sudah usia 40-an masih fun bermusik. (nor/c15/na)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rayakan 22 Tahun Bermusik, Naif Bawakan Lagu Baru


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler