jpnn.com - JAKARTA --Tingginya angka anak putus SD salah satunya dipicu oleh angka ketidakhadiran guru di area-area miskin. Menurut Totok Amin Soefijanto - Education and Knowledge Management Specialist, ACDP Indonesia,- dalam 10 tahun terakhir, ketidakhadiran guru masih tinggi. Tercatat sekitar 23,2 persen guru malas mengajar siswanya.
"Sekitar 9,7 persen guru Indonesia tidak hadir di sekolah dan 13,5 persen guru tidak masuk ke dalam kelas meski mereka berada di lingkungan sekolah. Itu berarti guru-guru ini tidak mengajar anak-anaknya," beber Totok dalam diskusi pendidikan di Kantor Kemdikbud, Rabu (23/9).
BACA JUGA: 2,4 Persen Anak Usia SD tak Bersekolah
Dia menambahkan, ketidakhadiran guru juga menjadi masalah serius di area-area seperti Papua dan Papua Barat, di mana angka ketidakhadiran guru di Provinsi Papua mencapai 37 persen.
"Di daerah terpencil, terutama bagian timur Indonesia, terdapat kekurangan fasilitas sekolah, dan jarak yang harus ditempuh anak dari rumah ke sekolah terlalu jauh. Belum lagi gurunya malas datang, membuat murid tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah," terang Totok. (esy/jpnn)
BACA JUGA: UBL Gelar Sarasehan Kebudiluhuran Ke-3
BACA JUGA: Astaga.. Ratusan Sekolah di Bekasi Rusak Parah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Cantik, Pintar Pula.. Mahasiswi Untidar Ini Peringkat 3 Duta Bahasa
Redaktur : Tim Redaksi