3 Alasan Praveen Jordan dan Debby Susanto Cerai

Jumat, 15 Desember 2017 – 21:34 WIB
Debby Susanto dan Praveen Jordan. Foto: badmintonindonesia

jpnn.com, DUBAI - Kebersamaan Praveen Jordan dan Debby Susanto sejak 2014, berakhir di Dubai World Superseries Finals 2017.

Kepada Badminton Indonesia, kepala pelatih ganda campuran PBSI, Richard Mainaky mengungkap tiga alasan utama mengapa akhirnya Praveen dan Debby bercerai.

BACA JUGA: Coba Lihat! Tontowi/Liliyana Kalah atau Mengalah?

Awalnya, Praveen/Debby diharapkan menjadi pelapis Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang hingga kini masih menjadi ganda campuran nomor satu Indonesia. Di major event seperti olimpiade, Praveen/Debby berhasil mengamankan satu tiket saat di Rio 2016, sebelum akhirnya mereka dikalahkan Tontowi/Liliyana.

Praveen/Debby juga diharapkan menjadi ganda campuran kedua di Asian Games 2018, sebuah event olahraga terbesar di Asia yang bakal dihelat di Jakarta.

BACA JUGA: Praveen Jordan dan Debby Susanto pun Bercerai

Mengawali duet mereka di tahun 2014, Praveen/Debby cukup menjanjikan dengan berhasil merebut medali perunggu Asian Games 2014. Kala itu, dua dari tiga posisi di podium ganda campuran ditempati oleh wakil Indonesia, di mana Tontowi/Liliyana mendapat medali perak.

Praveen/Debby juga mencatatkan nama mereka di jajaran pebulu tangkis yang menjadi kampiun di ajang bergengsi All England 2016.

BACA JUGA: Mengharukan, Marcus/Kevin Tembus 4 Besar Superseries Finals

Namun seiring berjalannya waktu, prestasi Praveen/Debby terus menurun. Bahkan tak jarang mereka ditaklukkan lawan yang di atas kertas tidak diunggulkan. Kondisi ini tentunya cukup mengkhawatirkan dan menimbulkan keraguan jelang Asian Games 2018.

“Alasan pertama, memang untuk refreshing. Kedua, untuk mengantisipasi pasangan kedua di Asian Games 2018. Saya lihat hasil Praveen/Debby belum konsisten. Ketiga, sebagai shock therapy untuk Praveen supaya dia tidak merasa di posisi yang aman. Karena fokus dan konsentrasinya selalu naik turun,” kata Richard.

Dari sekian banyak pemain putra di tim ganda campuran, Richard justru melirik Ricky Karanda Suwardi yang merupakan pemain ganda putra. Meskipun fokus di nomor ganda putra, Ricky ternyata punya dasar bermain ganda campuran, dia sudah beberapa kali juga bertanding di nomor ganda campuran di beberapa kejuaraan dalam negeri.

“Yang jelas Debby sudah matang dan berpengalaman, ya harus didampingi pemain yang sudah punya pengalaman dan berkualitas. Lain cerita kalau untuk jangka panjang bisa sama pemain muda, tetapi untuk Asian Games waktunya relatif pendek dan kebutuhannya mendesak,” tutur Richard.

“Ada tiga pasangan yang akan saya beri kesempatan di Asian Games 2018 selain Tontowi/Liliyana, mereka adalah Praveen/Melati (Daeva Oktavianti), Ricky/Debby dan Hafiz (Faisal)/Gloria (Emanuelle Widjaja). Namun tidak tertutup kemungkinan juga pemain lain jika bisa meraih hasil yang lebih baik,” tambahnya.

Bicara soal jangka panjang, Richard juga mengatakan bakal ada kombinasi pemain senior dan pemain muda. “Bisa saja Tontowi dipasangkan dengan pemain muda. Untuk jangka panjang ada beberapa nominasi atlet, tetapi sekarang saya mau fokus dulu di Asian Games. Untuk olimpiade 2020, pasti akan terjadi kombinasi pasangan,” pungkasnya. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Takeshi/Keigo Buka Jalan Marcus/Kevin ke Semifinal


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler