3 Fakta soal Kasus Omicron dan Potensi Gelombang Ketiga di DKI Jakarta

Selasa, 11 Januari 2022 – 10:53 WIB
3 Fakta soal jumlah kasus positif Covid-19 termasuk varian Omicron atau B.1.1.529 di DKI Jakarta. Ilustrasi - Penanganan pasien COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah kasus positif Covid-19 termasuk varian Omicron atau B.1.1.529 di DKI Jakarta, merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di DKI Jakarta per Senin (10/1) kemarin mencapai 414 kasus.

BACA JUGA: Kasus Aktif Omicron di DKI Capai 414, Wagub Riza Bereaksi, Simak

Kemudian untuk jumlah kasus positif harian di DKI bertambah sebanyak 360, bahkan kasus aktif mencapai 2.140. 

1. Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) jadi mayoritas pasien Omicron

Mayoritas, jumlah kasus ini berasal dari PPLN. Sisanya berasal dari transmisi lokal (non-PPLN).

BACA JUGA: Ada Ibu dan Anak di Jaktim Terpapar Omicron, Lurah Beri Penjelasan

Menurut Riza, meningkatnya jumlah kasus ini bukan karena tidak diawasi oleh Pemprov DKI. Melainkan, tingginya aktivitas masyarakat terutama yang datang dari luar negeri.

“Kami tentu memperhatikan, setiap saat diperhatikan dan sudah mencapai 414 omicron,” ucap Riza.

BACA JUGA: 36 Warga Terpapar Covid, Wilayah Krukut Jakbar Lockdown

Kendati demikian, Riza mengaku DKI sudah siap menghadapi gelombang ketiga.

Persiapan ini dari dimulai dari fasilitas kesehatan, tenaga medis, hingga persiapan dari pimpinan daerah.

“DKI sudah mempersiapkan tidak hanya sekarang, tapi tahun lalu juga ada potensi kemungkinan gelombang ketiga kami sudah melibatkan semua,” tambah Riza. 

2. Pakar sebut baru awal

Merebaknya varian yang pertama ditemukan di Afrika Selatan ini, disebut baru awal. Hal ini diutarakan oleh Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman.

Dia memprediksi kasus Omicron justru bakal terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan, bahkan di seluruh Indonesia.

“Ini baru awal, masih sangat awal. Dan ingat Indonesia memang berpola seperti ini, yang lambat,” ucap Dicky saat dihubungi JPNN.com.

Dicky menjelaskan, Covid-19 di Indonesia memang terdeteksi cukup lambat karena sistem yang terbatas.

Selain itu, Indonesia saat ini dirasa sudah memiliki tingkat imunitas yang cukup tinggi.

Vaksinasi dosis satu telah mencapai 170,53 juta dan vaksin dosis 2 sebanyak 116,99 juta.

“Selain sistem deteksi kita terbatas karena memang saat ini sudah memiliki imunitas kita juga negara yang bersekat kepulauan sehingga akan ada variasi,” jelasnya.

3. Potensi gelombang ketiga terbuka lebar

Peneliti Global Health Security dan Pandemic ini bilang, Indonesia berpotensi mengalami gelombang ketiga Covid-19.

“Alarm sudah mulai nyala, dan awal gelombang ketiga sudah mulai naik,” ucapnya.

Adanya gelombang ketiga sebenarnya tak mengherankan, lantaran hal tersebut akan terjadi bila ada varian baru.

Selain itu, saat ini aktivitas dan mobilisasi masyarakat juga sudah tergolong tinggi dibandingkan pada 2020 dan 2021.

“Intervensi juga menurun, akan membuat potensi gelombang ketiga itu terjadi. Dan ini adalah awal gelombang itu,” kata dia.

Meski begitu, Dicky berujar, potensi kasus Omicron seperti Covid-19 varian Delta bakal lebih kecil. (mcr4/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler