jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan teknologi yang kian pesat melahirkan cashless society. Istilah itu lahir dari kondisi berkurangnya penggunaan uang fisik karena tergantikan uang digital atau e-money.
Masyarakat menyambut sistem transaksi nontunai ini dengan euforia.
BACA JUGA: Nice Actimize & Q2 Technologies Ajak Bank dan Institusi Keuangan Diskusi Anti-Money Laundering
Hal itu didukung oleh banyaknya promo yang diberikan oleh penyedia layanan uang digital untuk mendorong penetrasi penggunaan di masyarakat.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan transaksi digital tentunya sangat diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan di luar sana.
BACA JUGA: Beli Mobil Bekas di Toyota Trust Langsung Diganjar e-Money Rp 6 Juta
Namun, sebaiknya isi saldo pada dompet digital disesuaikan dengan kebutuhan agar tidak lepas kontrol atas pengelolaan keuangan pribadi.
“Sebab, kunci utamanya bukan pada produk, melainkan bagaimana masyarakat menggunakan dan mengelola uang mereka,” kata dia, Senin (25/11).
Walaupun cashless society telah menjadi gaya hidup masa kini, sambung Johanna, tidak ada salahnya tetap menyiapkan uang tunai untuk kebutuhan-kebutuhan transaksi yang belum tersentuh sistem pembayaran digital.
“Dengan demikian, transaksi menjadi lebih mudah dengan dua pilihan pembayaran tersebut,” kata Johanna.
Grant Thornton Indonesia merangkum 3 hal penting yang perlu diketahui masyarakat terkait cashless society:
1. Beragam promo menarik vs konsumtif
Promo menjadi strategi paling ampuh untuk menarik minat masyarakat menggunakan uang digital.
Berbagai penyedia layanan uang digital berlomba memberikan promo seperti potongan harga hingga cashback besar-besaran.
Tentunya menguntungkan jika kita belanjakan untuk produk yang memang kita perlukan.
Namun, tanpa disadari kemudahan ini juga membuat masyarakat kian konsumtif yang pada akhirnya hanya menjadi pembelian impulsif karena tergoda diskon hingga pengeluaran menjadi tak terkendali.
2. Transaksi lebih cepat vs masalah sinyal
Transaksi dengan nilai besar tentunya akan memakan waktu lebih lama dengan perlunya pihak tenant menghitung uang dahulu.
Belum lagi menunggu uang kembalian yang kadang tidak tersedia pecahannya di kasir, dengan transaksi cashless.
Proses tersebut dapat menjadi jauh lebih mudah dan cepat dengan tinggal gesek kartu pada mesin EDC ataupun scan barcode.
Namun, pernahkah terbayang jika mesin-mesin tersebut atau smartphone Anda mengalami kesulitan signal?
Otomatis pembayaran tidak bisa dilakukan jika tidak membawa uang tunai hingga ada risiko transaksi justru menjadi lebih lama atau bahkan terpaksa membatalkan pembelian.
3. Terhindar dari perampokan vs serangan cyber
Kartu maupun aplikasi uang digital di dalam smartphone tentunya memiliki PIN dan password yang menjadikan keamanan lebih ekstra.
Di samping itu membawa uang dalam jumlah banyak dalam tas ataupun dompet dapat menarik perhatian yang berisiko mengundang aksi kriminal menjadi salah satu poin menarik bertransaksi cashless.
Namun, perlu dipahami juga secanggih apa pun teknologi yang digunakan pada sistem uang digital tetap saja ada celah yang memungkinkan terjadinya serangan cyber.
Salah satunya pencurian data dengan risiko tinggi kehilangan uang karena data diretas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ragil