jpnn.com, JAKARTA - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin memasuki usia 3 tahun sejak dilantik pada 20 Oktober 2019.
Pada periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi ini diterpa banyak ujian mulai dari Pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 hingga guncangan ekonomi akibat eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
BACA JUGA: Moeldoko Imbau Kepala Daerah Tiru Kepemimpinan Presiden Jokowi
Namun, dengan tangan dinginnya Presiden Jokowi berhasil melewati badai cobaan mulai dari kesehatan hingga ekonomi Indonesia terus mengalami tren positif di tengah negara-negara lain mengalami krisis.
Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah mengatakan kondisi Indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global.
BACA JUGA: Jokowi: Gunakan Sebaik-baiknya untuk Gizi Anak
Menurut Piter, kondisi Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor. Ekonomi Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi.
Selain itu, ekonomi Indonesia akan terbantu dengan tingginya harga komoditi.
BACA JUGA: Pakar Nilai Ganjar-Airlangga Diterima Pemilih Muslim
Meskipun resesi global kata Piter akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditi, tetapi tidak membuat harga komoditi jatuh. Kalaupun Indonesia terdampak oleh resesi global.
Dia memperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi melambat tidak bisa mencapai target di atas 5 persen.
“Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” kata Piter dalam keterangannya, Jumat (21/10/2022).
Ekonomi Indonesia tetap tangguh dibanding negara lain. Seperti yang dikutip dari keterangan dari Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang mengatakan bahwa Indonesia adalah titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.
Menurut Piter, apa yang disampaikan pemerintah dan juga International Monetary Fund (IMF) bahwa perekonomian Indonesia akan menjadi salah satu yang mampu tumbuh positif bukan sebuah bualan.
“Pemerintah memang harus memberikan warning tetapi pemerintah juga harus selalu optimis secara terukur,” ujar Piter.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) RI Moeldoko menjelaskan pemerintah berhasil menjaga distribusi, ketersediaan, keterjangkauan pangan, dan daya beli masyarakat sehingga ekonomi terus tumbuh dan inflasi terkendali. Di mana pada kuartal dua ekonomi tumbuh 5,44 persen (year on year), dengan inflasi inti sebesar 3,04 persen (year on year).
Moeldoko menjelaskan Presiden Jokowi memberikan dukungan besar terhadap pelaku UMKM untuk memperkuat fondasi perekonomian.
Dukungan itu berupa akses terhadap pembiayaan, peningkatan pangsa kredit, peningkatan plafon KUR, dan transformasi digital.
"Dari target tiga puluh juta pada dua ribu dua puluh empat, saat ini sudah sembilan belas juta lebih UMKM yang sudah terdigitalisasi," ujar Moeldoko.
Moeldoko juga menyampaikan telah terjadi perbaikan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem di tiga tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
Per 22 Maret, angka kemiskinan turun menjadi 9,54 atau 26,16 juta orang, dari sebelumnya 9.71. Sedangkan kemiskinan ekstrem, per 21 September, turun 3,79 atau 1,38 juta orang dari sebelumnya 4.
"Begitu juga dengan angka prevalensi stunting. Pada dua ribu sembilan belas sebanyak dua puluh delapan, tahun ini turun menjadi dua puluh satu," bebernya.
Lebih Lanjut, Moeldoko mengatakan pemerintah juga akan terus mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), melalui percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai di lingkungan pemerintah, reboisasi, dan membangun pusat-pusat persemaian.
Lebih lanjut Moeldoko juga menyampaikan dibawah kepmimpinan Presiden Jokowi, peran Indonesia di kancah Internasional mampu menyelenggarakan event-event internasional meski sedang menghadapi pandemi dan krisis, seperti MotoGP, World Superbike, ASEAN Para Games, dan Presidensi G20.
"Indonesia juga menunjukkan perannya dalam mewujudkan perdamaian dunia, dengan kunjungan presiden ke Rusia dan Ukraina," ujar Moeldoko.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari