30 Juta Orang Rawan AIDS

Terbentur Dana, Baru 1,5 Juta Orang Dites

Kamis, 07 Februari 2013 – 03:17 WIB
JAKARTA - Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna terus menekan angka epidemi baru HIV/AIDS. Itu dilakukan untuk pencapaian target MDG 6 pada 2014 tentang pengendalian dan penurunan jumlah epidemi baru di Indonesia. Sejauh ini, capaian prevalensi yang sudah diraih adalah 0,3 persen. Untuk melakukan pengendalian itu, salah satu langkah konkritnya adalah dengan melakukan deteksi dini bagi mereka yang rawan HIV/AIDS.

Pada tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan akan melakukan tes terhadap 1,5 juta orang yang memiliki potensi rawan terinfeksi HIV/AIDS, khususnya di tempat-tempat prostitusi (lokalisasi, Red). Tes yang ditargetkan akan berlangsung tahun ini ditujukan merata, baik kepada Pekerja Seks Komersial (PSK) maupun pembeli seksnya. "Jumlah ini memang masih sangat kecil, tetapi sebagai langkah awal sudah cukup bagus,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi di Jakarta, Selasa (5/2).

Sebenarnya, jumlah ideal yang seharusnya bisa dilakukan pemerintah untuk melakukan deteksi dini HIV/AIDS sekitar 30 juta orang rawan HIV/AIDS. Namun, karena perkiraan dana yang diperlukan ada pada kisaran Rp 600 miliar, maka untuk sementara tahun ini pihaknya hanya bisa melakukan tes terhadap 1,5 juta orang rawan HIV/AIDS.

"Itu sebabnya, kami coba antara edukasi persuasif, ajakan untuk melakukan seks bertanggung jawab dengan menggunakan kondom dan mengkampanyekan posko pelayanan kesehatan dimana siapa saja boleh melakukan pengecekan HIV/AIDS," jelasnya lagi.

Diakui, prevalensi HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun masih cenderung meningkat terus. Data akhir 2012, diperkirakan 591.823 orang Indonesia terkena HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut hanya 15.372 penderita saja yang dilaporkan.  Dan jika tahun-tahun sebelumnya jumlah penderita HIV/AIDS lebih banyak dikarenakan oleh penggunaan jarum suntik bersama, fenomena baru muncul pada kurun waktu 2007-2011. Sumbangan terbesar meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS adalah karena hubungan seks lelaki sesama lelaki (kelompok homoseksual).

Penemuan sejumlah ibu rumah tangga yang terjangkit HIV/AIDS juga menjadi persoalan tersendiri. "Masih lemahnya kedudukan perempuan dalam kehidupan seks, membuat penularan HIV/AIDS di dalam rumah tangga justru banyak muncul. Korbannya adalah para ibu rumah tangga yang memiliki suami dengan kehidupan seks yang tidak bertanggungjawab," tegasnya.

"Mereka melakukan seks dengan siapa saja, termasuk dengan PSK tanpa pengaman (kondom, Red). Lalu di rumah, si suami nakal menularkan berbagai penyakit mulai dari penyakit kelamin hingga HIV/AIDS kepada para istri," ucapnya sedikit geram.

Lemahnya posisi tawar perempuan dalam hubungan suami istri membuat istri seakan tidak bisa melakukan perlindungan terhadap kesehatan mereka. "Sulit sekali bagi istri (sekalipun dia tahu suaminya nakal, Red) untuk meminta sang suami menggunakan kondom ketika berhubungan dengan si istri," ulasnya.

Jadi, melihat situasi itu, pihaknya pun mulai mengganti pola komunikasi dan kampanye. Bukan lagi sasarannya kepada wanita ibu rumah tangga dan PSK lagi, melainkan kepada para pria. Khususnya mereka yang suka melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan atau bahkan menggunakan jasa PSK untuk kebutuhan seksnya. "Melalui tim survei dan para relawan kesehatan, kami melakukan riset dan berkomunikasi langsung dengan para pria yang ada di kawasan lokalisasi. Kami mencoba memberikan arahan untuk melakukan seks yang bertanggung jawab agar penularan HIV/AIDS tidak terus meluas," tambah Sekjen KPAN Kemal Siregar.

Pihaknya cukup optimis, kampanye ini kelak akan membuahkan hasil. Sejauh ini, berdasarkan data perkembangan distribusi kondom dalam kurun waktu 2006-2011 meningkat pesat.  Jumlah terbesar dari pembelian kondom komersial yaitu, mencapai 158.500.289 pada 2011. Jika dibandingkan dengan data 2006 yang hanya 80.406.211, jumlah itu meningkat pesat. "Artinya, orang yang membeli itu pasti memakai. Jumlah peningkatan itu menunjukkan bahwa semakin banyak orang, khususnya laki-laki yang mulai beralih kepada seks yang bertanggung jawab," paparnya panjang lebar.

Saat ini, ada sekitar 8 juta pria bekerja jauh dari istrinya dan potensial melakukan transaksi seks bebas. Pada 2005, prosentase pria yang melakukan pembelian seks bebas hanya 0,1 persen dari total penduduk rawan HIV/AIDS. Tetapi angka tersebut meningkat tujuh kali lipat pada 2011. (sic)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivitas Fisik Pengaruhi Kualitas Sperma

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler