jpnn.com, JAKARTA - Banyak pihak yang mengaitkan banjir Jakarta dengan kinerja Gubernur Anies Baswedan. Beberapa di antaranya lantas membandingkannya dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Di luar komentar-komentar berbau politis tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap fakta yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan sekitarnya.
BACA JUGA: Warga Minta Anies Baswedan Mencebur, Biar Perahu Karetnya Buat Evakuasi
Terdapat empat hal penyebab cuaca ekstrem dan banjir di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jabodetabek.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin menjelaskan empat penyebab banjir besar di Jakarta dan sekitarnya, di Jakarta, Kamis (2/1).
BACA JUGA: Ada Tokoh Desak KPK Usut Anies Baswedan
"Pertama karena aktifnya Monsun Asia," ungkap Miming saat dikonfirmasi.
Dia menyebutkan, adanya angin yang berembus secara periodik dari Benua Asia menuju Benua Australia yang melewati Indonesia.
BACA JUGA: Jakarta Banjir, Samsul Bandingkan Anies Baswedan dengan Ahok
Siklus Monsun Asia berlangsung setiap Desember hingga Februari. Angin periodik ini mengindikasikan musim hujan di Indonesia sedang berlangsung.
Dijelaskan, Benua Asia di belahan bumi utara saat ini sedang mengalami musim dingin sementara Australia di belahan selatan berada di musim panas. Indonesia yang berada di garis khatulistiwa terdampak pergerakan angin tersebut.
Kedua, cuaca ekstrem di Indonesia. Menurut Miming, ilayah Indonesia sedang terimbas pola konvergensi dan perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah.
Dengan begitu, uap air yang menjadi awan hujan terkonsentrasi di suatu wilayah sehingga air yang turun intensitasnya tinggi. Hujan deras dan dalam waktu lama dapat terjadi akibat konvergensi dan perlambatan tersebut.
Ketiga, cuaca ekstrem karena suhu hangat permukaan laut di Indonesia dan sekitarnya. Hal ini memicu mudahnya air menguap ke udara dan terkumpul menjadi awan hujan.
"Sehingga menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan," ucapnya menjelaskan.
Keempat, Miming menyebut fenomena gelombang atmosfer, yaitu Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave menjadi sebab keempat terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia.
Ada pun gelombang atmosfer tersebut dapat meningkatkan potensi udara basah di sejumlah wilayah Indonesia yang menyebabkan hujan.
Empat sebab cuaca ekstrem dan banjir di Indonesia itu terjadi secara bersamaan sehingga curah hujan terutama di Jabodetabek tergolong tinggi.
"Sementara daerah resapan air di kawasan ibu kota tergolong sempit," katanya menambahkan. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo