4 Komentar Terbaru Tokoh Soal Penembakan Brigadir J, Presiden Jokowi Sampai 3 Kali Bertitah

Jumat, 22 Juli 2022 – 17:11 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiga kali mengomentari kasus penembakandi rumah dinas Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kasus Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J yang tewas dalam baku tembak polisi di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7) tengah jadi sorotan publik.

Brigadir J yang merupakan ajudan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, ditembak oleh sesama polisi, Bharada E.

BACA JUGA: Komnas Perempuan Ungkap Penyebab Istri Ferdy Sambo Belum Bercerita, Ternyata

Brigadir J diketahui merupakan personel Brimob yang bertugas di Divisi Propam Polri.

Dia juga sopir pribadi Putri Ferdy Sambo, istri Ferdy Sambo.

BACA JUGA: 2 Jenderal dan 1 Kombes Dinonaktifkan, Irjen Napoleon Langsung Ingatkan Hal Ini

Berdasar catatan JPNN, berikut empat komentar terbaru tokoh terkait kasus tersebut.

1. Trimedya Panjaitan Sebut Pengungkapan Kasus Brigadir J Makin Terang

BACA JUGA: Usut Penembakan Brigadir J, Komnas HAM Pastikan Hal Ini Tidak Pernah Terjadi, Tegas

Anggota Komisi III DPR RI Trimedya Panjaitan menyebut ada dua indikasi pengusutan kasus baku tembak antarpolisi di rumah Irjen Ferdy Sambo terlihat bisa objektif dan makin terang.

Pertama, dia melihat penonaktifan Brigjen Hendra Kurniawan dan Kombes Budhi Herdi Susianto dari jabatan Karopaminal Divpropam Polri serta Kapolres Jakarta Selatan.

Politikus PDIP itu menganggap pengusutan kasus baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E makin objektif setelah dua perwira kepolisian itu dicopot pada Rabu (20/7).

"Itu, kan, berarti dalam rangka meluruskan perkara ini, membuat perkara ini menjadi terang," kata Trimedya Panjaitan ditemui di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Kamis (21/7).

Selain penonaktifan perwira tinggi dan menengah Polri itu, Trimedya menilai pengungkapan kematian Brigadir J makin terang setelah ada keputusan bakal dilakukan autopsi ulang atau ekshumasi.

2. Jenderal Senior Asal Baturaja Minta yang Terlibat Jangan Cemen

Mantan Kadiv Hubinter Polri Irjen Napoleon Bonaparte kembali mengomentari kasus penembakan yang menewaskan Nofryansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Kali ini, Napoleon meminta tim khusus (timsus) bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk berani mengungkap kasus yang menghebohkan publik itu.

Jenderal kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan itu juga meminta kepada pihak yang terlibat untuk bisa mengakui perbuatannya.

“Gentle, jangan cemen karena ada korban,” ujar Napoleon dikutip dari Antara, Kamis (21/7).

3. Presiden Jokowi Sampai 3 Kali Bertitah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyoroti kasus penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Nofryansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Orang nomor satu di Indonesia itu mengeluarkan dua perintah yang pada intinya meminta Polri menyelesaikan kasus tersebut sampai tuntas dan transparan.

Perintah ini dia sampaikan di sela-sela kunjungan kerja (kunker) di Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (21/7).

Pertama, Jokowi meminta kasus itu diselesaikan dengan tepat dan harus tuntas.

"Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas, buka apa adanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi, transparan,” kata Jokowi.

Lalu yang kedua, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta Polri untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat.

Dengan pernyataan terbarunya itu, Jokowi sudah tiga kali mengomentari kasus penembakan tersebut. Tentu, hal ini menjadi fokus bagi Polri untuk bisa menuntaskan perkara yang menghebohkan publik itu.

4. Pencopotan 3 Perwira Polri Demi Jaga Nama Baik

Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengatakan langkah yang dilakukan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit menonaktifkan dua perwira tinggi dan satu perwira menengah dalam mengusut kasus penembakan Yosua Hutabarat alias Brigadir J dianggap tepat.

Menurut dia, penonaktifkan tiga periwra itu merupakan niat Kapolri untuk membuka kasus secara terang benderang dan selebar-lebarnya.

"Saya yakin Polri bisa membuka ini selebar-lebarnya. Niat baik ini yang saya apresiasi dengan tinggi," ujar Ahmad Sahroni kepada wartawan, Kamis (21/7).

Politikus NasDem itu mengatakan langkah itu diambil agar proses pengusutan kasus penembakan Brigadir J bisa dilakukan secara cepat dan jelas.

Sahroni menyebut keputusan itu juga untuk menjaga nama baik institusi Polri.

BACA JUGA: Ungkap Kondisi Istri Ferdy Sambo, Komnas Perempuan Minta Hentikan Spekulasi Tentang...

"Semua ini dilakukan demi keadilan yang seadil-adilnya dan demi kredibilitas serta nama baik institusi Polri," jelasnya.(mcr8/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler