45 Jamaah Polisikan Pensiunan Jenderal

Selasa, 27 Mei 2014 – 10:40 WIB
TEMPUH JALUR HUKUM: Para calon jamaah umrah PT Bestari Lingkarraksa Senin (26/5) mendatangi Mapolres Jember untuk melaporkan dugaan penipuan oleh jajaran pimpinan Bestari. (Jumai/Radar Jember)

jpnn.com - JEMBER – Puluhan calon jamaah umrah melaporkan Mayjen (Purn) Syamsul Maarif ke Polres Jember Senin (26/5). Mereka merasa tertipu oleh perusahaan haji dan umrah PT Bestari Lingkarraksa. Di perusahaan itu Syamsul menjabat sebagai komisaris utama (Komut). Para calon jamaah umrah itu melapor ke Polres Jember karena Bestari berkedudukan di Jember.

Kasus tersebut menjadi heboh karena Syamsul menjabat sebagai Komut. Di luar statusnya sebagai Komut Bestari, dia saat ini juga menjadi kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB merupakan lembaga setingkat kementerian yang khusus bertugas menangani bencana.

BACA JUGA: Sebelum Ditugasi ke Papua, Prajurit TNI Diwarning Bahaya HIV

Moch. Gozali, salah seorang calon jamaah umrah, mengaku bahwa dirinya bersama sejumlah korban lain telah melaporkan sejumlah petinggi PT Bestari Lingkarraksa kepada pihak yang berwajib. ’’Secara otomatis, kami juga melaporkan Syamsul Maarif. Sebab, dia menjabat sebagai komisaris utama perusahaan yang berjanji memberangkatkan kami umrah,’’ kata pria yang juga dosen Fakultas Teknik Universitas Jember (Unej) itu.

          Selain Syamsul, kata dia, yang menjadi terlapor dalam kasus itu adalah Harun Al Rasyid dan Hery Alfian. Di luar jabatannya di Bestari, mereka tercatat sebagai dosen FISIP Unej. ’’Pak Harun menjabat sebagai komisaris, sedangkan Hery tercatat sebagai presiden direktur PT Bestari Lingkarraksa,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Meski Dipimpin JK, Dewan Masjid Netral

Selain itu, direktur umrah dan haji perusahaan tersebut, Ahmad Imron Manan, ikut mereka laporkan kepada polisi.

          Gozali menjelaskan, sedikitnya ada 45 calon jamaah umrah asal Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan yang menjadi korban penipuan umrah itu. Bila ditotal, dana yang sudah disetorkan para jamaah tersebut kepada Bestari sekitar Rp 856 juta.

BACA JUGA: Umur 61 Tahun Bisa jadi PPPK

          Menurut dia, jumlah tersebut berdasar laporan para korban, meskipun jumlah dana setiap korban itu tidak sama. Sebab, Bestari menarifkan biaya umrah yang beragam. ’’Kerugian memang tidak sama, berkisar Rp 16 juta hingga Rp 26 juta,’’ katanya. Sebab, lanjut Gozali, calon jamaah yang lunas pada Agustus 2013 diminta pihak Bestari untuk membayar Rp 16 juta. Sementara itu, calon jamaah yang lunas pada September, Oktober, November, hingga Maret dikenai kenaikan biaya. Setiap bulan masing-masing Rp 2 juta. Yang membayar pada Maret 2014 dikenai Rp 26 juta.

          Dia menjelaskan, para jamaah tersebut tergiur dengan tawaran umrah itu karena biayanya relatif murah. Selain itu, ada nama pejabat negara yang berani menjamin bahwa mereka pasti berangkat. ’’Ternyata sama saja, kami tidak kunjung diberangkatkan,’’ katanya.

Padahal, sambung dia, Bestari menjanjikan para jamaah itu bisa berangkat Maret 2014. Karena tidak kunjung diberangkatkan sesuai dengan janji, para calon jamaah umrah tersebut meminta kejelasan.

Gozali mengaku, Bestari sempat meminta pengunduran keberangkatan umrah dengan alasan bahwa ada salah seorang petinggi perusahaan yang masih bertanding pada pemilu legislatif (pileg) untuk calon anggota DPR. Tetapi, selanjutnya, perusahaan itu beralasan bahwa di Tanah Suci masih merebak virus MERS. Dengan demikian, para jamaah tersebut belum diberangkatkan.

’’Bahkan, pada Minggu (25/5), saat pertemuan di salah satu pondok pesantren di Desa Glagahwero, Kalisat, ada yang mengaku uangnya masih dibawa salah seorang pengurus,’’ ungkapnya.

Puluhan calon jamaah umrah itu mulai mendatangi Mapolres Jember sekitar pukul 12.00. Sebelumnya, mereka berkumpul di sekitar Mapolres Jember sejak pukul 09.00. ’’Kami menunggu iktikad baik dari pihak Bestari. Sebab, mereka berjanji akan membayar hari ini. Jika hingga pukul 12.00 mereka tetap tidak datang, kami bulat melaporkan kasus ini kepada polisi,’’ ungkap Sumiati, seorang korban lain.

KBO Satreskrim Polres Jember Iptu Suhartanto mengakui, pihaknya telah menerima laporan dari sejumlah orang yang menjadi korban penipuan berkedok umrah itu. Polisi baru meminta keterangan sejumlah korban dan mengumpulkan sejumlah alat bukti.

Mengenai tersangka, dia masih akan menyelidiki kasus itu lebih dalam. ’’Salah seorang yang dilaporkan memang ada yang bernama Syamsul Maarif,’’ ujar perwira yang biasa disapa Tanto itu.

Sementara itu, Choirul Farid, perwakilan PT Bestari Lingkaraksa, menolak bahwa Syamsul dan sejumlah pengurus lain dikaitkan dengan kasus tersebut. Dia menyebut, ada seseorang yang memanfaatkan nama besar Bestari untuk kepentingan pribadi. ’’Sangat jelas, nama perusahaan perjalanan umrah ini tertulis BESTHARI. Sementara itu, perusahaan kami PT Bestari Lingkarraksa tanpa huruf H,’’ katanya.

Saat Syamsul mengunjungi Pos Pantau Gunung Semeru di Lumajang pekan lalu, sejumlah calon jamaah umrah di Lumajang tersebut menghadang kepala BNPB itu.

Mereka meminta Syamsul bertanggung jawab dan segera memberangkatkan para jamaah tersebut ke Tanah Suci.

Kepada wartawan yang menunggunya setelah memantau Gunung Semeru, dia mengakui bahwa dirinya menjadi Komut di Bestari. Tetapi, dia tidak menanggapi terlalu jauh soal tanggung jawabnya sebagai Komut Bestari. ’’Nanti saja, jangan tanya itu. Insya Allah saya bertanggung jawab,’’ jawabnya. (rul/jum/fid/har/JPNN/c22/bh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan Masih Sebulan Lagi, Harga Sembako Sudah Naik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler