5 Fakta Unik Muncul Setelah Lyon Singkirkan City, Nomor 4 soal Uang

Minggu, 16 Agustus 2020 – 08:57 WIB
Ekspresi kecewa gelandang serang Manchester City Kevin de Bruyne setelah timnya kemasukan gol ketiga dalam laga perempat final Liga Champions melawan Lyon. Foto: ANTARA/REUTERS/POOL/Miguel A. Lopes

jpnn.com, LISBON - Lyon mengubur mimpi besar Manchester City untuk menjadi yang terbaik di Liga Champions, setidaknya untuk satu musim lagi.

Dalam pertemuan mereka di perempat final (single match) di Stadion Jose Alvalade, Lisbon, Portugal, Minggu (16/8) dini hari WIB, Lyon menang 3-1.

BACA JUGA: Singkirkan Manchester City, Lyon Tantang Bayern Muenchen di Semifinal

Di semifinal Lyon akan berhadapan dengan Bayern Muenchen.

Berikut adalah sejumlah catatan dari keberhasilan Lyon menyingkirkan Manchester City:

BACA JUGA: Lyon Bikin Juventus Gigit Jari

1. Tren supersub berlanjut

Kehadiran supersub alias pergantian pemain yang tepat menjadi tren yang mewarnai perempat final Liga Champions musim ini.

BACA JUGA: Begini Kondisi Messi Usai Barcelona Dihancurkan Bayern Muenchen 2-8

Kylian Mbappe membalik peruntungan Paris Saint-Germain melawan Atalanta, Tyler Adams mencetak gol kemenangan RB Leipzig atas Atletico Madrid bahkan Philippe Coutinho mengirim satu assist serta dua gol ketika Bayern Muenchen menggilas klub asalnya Barcelona.

Rudi Garcia jelas mempelajari itu dengan baik ketika ia mengirim masuk Moussa Dembele yang mencetak dua gol penentu kemenangan Lyon atas City.

2. Cornet dan Dembele setara Messi

Satu gol Maxwell Cornet dan dua gol Moussa Dembele ke di Jose Alvalade membuat keduanya sejajar dengan megabintang Barcelona Lionel Messi dalam urusan membobol gawang City di kompetisi Eropa.

Ketiganya sama-sama sudah mencetak empat gol ke gawang City semenjak Pep Guardiola mengambil alih kursi kepelatihan di Etihad.

Tiga gol Cornet sebelumnya dicetaknya ketika Lyon mengalahkan dan mengimbangi City di fase penyisihan Grup F Liga Champions musim lalu, sedangkan Dembele mencetak dua gol kontra City saat masih membela Celtic pada musim 2016/17.

3. Guardiola lupa cara capai semifinal

Dalam tujuh tahun pertamanya berkompetisi di Liga Champions --empat tahun bersama Barcelona dan tiga tahun di Bayern Muenchen-- Guardiola tidak pernah gagal mengantarkan tim yang ditukanginya mencapai semifinal.

Namun, hal itu berubah sejak ia menangani City pada 2016. Empat musim berlalu Guardiola ditopang dana yang besar, dan langkah terjauhnya bersama City hanyalah perempat final.

Kekalahan 1-3 lawan Lyon sekaligus menandai kegagalan City-nya Guardiola membukukan catatan nirbobol di perempat final Liga Champions dan selalu kemasukan tiga gol atau lebih dalam tiga musim terakhir setelah 0-3 lawan Liverpool (2017/18) dan 4-3 kontra Tottenham Hotspur (2018/19).

4. Kejayaan di Eropa tak bisa dibeli uang

City mungkin kaya raya dan bisa membeli semua pemain yang mereka inginkan dengan tetap bisa menjaga diri dari ancaman regulasi kepatutan finansial.

Sayangnya, uang yang mengalir dari Timur Tengah yang mengubah Elland Road jadi Etihad tak bisa membeli mental bertanding di Eropa.

Sejak dibeli konsorsium Uni Emirat Arab, City paling jauh hanya bisa mencapai semifinal Liga Champions dan kerap tersingkir oleh momen-momen magis yang bagi sebagian pemercaya takhayul lekat dengan persoalan mental Eropa.

5. Tak Ada Inggris dan Spanyol di Semifinal

Lyon memastikan semifinal Liga Champions musim ini tanpa satu pun wakil dari Inggris. Sehari sebelumnya, Bayern Muenchen yang memastikan tak ada wakil Spanyol di 4 Besar.

Ini adalah pertama kalinya sejak 1995-96, tidak ada tim Inggris atau Spanyol yang hadir di semifinal Liga Champions.

Selain Lyon versus Bayern di semifinal, satu laga lagi memperebutkan tiket final ialah RB Leipzig kontra Paris Saint Germain.

Sama seperti Lyon vs Bayern, Leipzig vs PSG juga merupakan laga Prancis melawan Jerman. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler