5 Gol Bunuh Diri, Dibilang tak Sengaja

Rabu, 29 Oktober 2014 – 07:18 WIB

jpnn.com - JAKARTA - PSS Sleman dan PSIS Semarang sudah resmi didiskualifikasi dari babak semifinal Divisi Utama 2014 ini.

Itu didapatkan setelah Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memanggil semua perwakilan kedua belah pihak dalam agenda sidang di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, hingga tadi malam.

BACA JUGA: Aji Pertanyakan Niat Persija

Namun, hingga berakhirnya proses persidangan, baik pemain ataupun ofisial dari kedua belah pihak seolah sepakat untuk bungkam terkait dengan akar persoalan di balik sepakbola gajah itu.

Keduanya sama-sama menyangkal bahwa sudah ada instruksi kepada pemainnya agar mencetak gol bunuh diri.

BACA JUGA: Khedira Proyeksi Pengganti Yaya

Walaupun, sejak sebelum pertandingan, banyak pihak yang menyebut isu bakal ada salah satu klub yang mengalah dalam laga di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Sleman, Jogjakarta, Minggu sore lalu (26/10). Termasuk isu yang menyebutkan PSS melakukan gol bunuh diri.

Apalagi, apabila dirunut dari kronologi pertandingan, kejanggalan sudah ada begitu head coach PSS Herry Kiswanto meninggalkann bench lebih awal. Tepatnya pada menit ke-80-an. Padahal, secara aturan tidak diperbolehkan pelatih meninggalkan bench lebih awal kecuali mendapatkan kartu merah dari wasit.

BACA JUGA: Neuer Ogah Berempati Pada Dortmund

Nyatanya, setelah itu, pertandingan menjadi kacau. Termasuk dengan pergantian penjaga gawang dari Gratheo Hadi Witama ke Riyono beberapa menit setelahnya.

Yang kemudian diikuti gol bunuh diri pertama PSS yang dicetak Hermawan Putra Jati pada menit ke-86. Setelahnya lalu beruntun empat gol bunuh diri tercipta.

Direktur PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) Supardjiono yang membawahi PSS Sleman saat diwawancarai Jawa Pos menolak jika dua gol yang dibuat anak asuhnya sudah di-setting sejak awal.

"Sebaliknya, pemain kami tidak sengaja melakukannya. Lihat saja, semua gol bunuh diri kami berasal dari sudut sempit," kilahnya.

Pardji - sapaan akrabnya - malah meminta semua pihak melihat dulu bagaimana permainan tim lawannya. Karena, PSIS, menurut dia, bermain tidak selayaknya klub menginginkan juara grup. Permainan klub berjuluk Mahesa Jenar yang defensive ditudingnya sebagai pemicu tindakan dari pemainnya.

"Kalau mereka bermain dengan sungguhan, ya kami ladeni juga dengan sungguhan. Lihat saja tim itu mencetak tiga gol bunuh diri ke gawang kami," keluh pria yang juga menjabat sebagai manajer tim PSS itu.

"Kalau kami dibilang menghindari Borneo, itu sama sekali tidak benar. Kami tidak takut dengan siapapun," lanjutnya.

Terkait dengan sikap pelatihnya yang meninggalkan bench di tengah-tengah jalannya laga babak kedua, Pardji menolak jika dikatakan Herkis - sapaan akrab HErry Kiswanto - tidak kembali lagi di bench.

"Dia hanya minta ijin ke toilet sebentar, setelah itu ya kembali lagi sampai dengan laga usai," cetusnya.

Terpisah, General Manager (GM) PSIS Chairul Anwar menyebut sumbu persoalan dari tindakan anak asuhnya adalah dua gol bunuh diri PSS. Dua gol itu yang menyulut emosi anak asuhnya yang merasa tidak dihargai ketika datang dengan keinginan bermain di kandang PSS. Chairul pun menegaskan timnya tidak jauh berbeda saat menang di kandang Persiwa Wamena, beberapa waktu yang lalu.

"Pemain kami terrprovokasi. Selain dua gol bunuh diri, lalu teriakan pendukung PSS yang provokatif (dengan mengucapkan: Syukur kalian ketemu Borneo, Red), ditambah dengan kondisi lapangan yang hancur seperti itu, ya pemain langsung emosi dan tidak berpikir panjang membuat gol-gol bunuh diri," bebernya.

Logika Chairul, jika klubnya memilih untuk kalah, timnya tidak akan mendatangi pertandinhan di Sleman teersebut. Status walkover (WO) dianggapnya bukan masalah. "Toh kalau WO kami hanya dikurangi tiga poin, dan itu tidak akan mengurangi peluang kami untuk melenggang ke semifinal," tegasnya.

Salah satu aktor pencetak gol PSIS Semarang Komaedi menuturkan jika dalam laga tersebut, dirinya seperti kehilangan rasa sadarnya. Yang ada, hanya perasaan emosi karena keseriusan timnya, dibalas dengan permainan tidak niat dari PSS.

"Nggak mikir apa-apa mas, isinya cuma emosi. Kami pengin main bener, lawan nggak serius, mereka main-main. Ya, karena itu akhirnya kami begini," katanya saat ditemui di PSSI.

Namun, setelah laga itu, pemain bernomor punggung 19 tersebut sempat berpikir akan anehnya permainan di hari itu. Keesokan harinya, dia baru merasakan besarnya imbas akibat permainan sepak bola gajah. "Saya juga sempat dapat sms dari suporter, dihujat perbuatan saya," ucapnya. (ren/aam)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... FIFA Kecam Rencana Boikot Piala Dunia 2018


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler