5 Hal Kontroversial yang Terjadi pada Gelaran Olimpiade Tokyo, Cek di Sini

Senin, 09 Agustus 2021 – 10:58 WIB
Atlet BMX Inggris Raya Charlotte Worthington saat berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: (REUTERS/Matthew Childs)

jpnn.com, TOKYO - Gelaran pesta olahraga multi event Olimpiade Tokyo 2020 yang dimulai pada 27 Juli resmi ditutup Minggu (8/8).

Amerika Serikat keluar sebagai juara umum usai meraih 113 medali dengan rincian 39 emas, 41 perak, 33 perunggu.

BACA JUGA: Roberto Mancini Ikut Bangga dengan Rekor Italia di Olimpiade Tokyo

Sedangkan sang tuan rumah, yakni Jepang harus puas duduk di peringkat ke-3 usai mendapat 58 medali (27 emas, 14 perak, 17 perunggu).

Ajang empat tahunan ini selalu menghadirkan momen magis dan tak terlupakan. Tak jarang, setiap Olimpiade digelar, ada momen kontroversial yang ikut hadir. Berikut kami coba himpun lima momen kontroversial yang sempat terjadi pada gelaran Olimpiade Tokyo 2020.

BACA JUGA: Belum Berhasil Sumbang Medali di Olimpiade Tokyo, Riau Ega Agatha Evaluasi Performa

5. Atlet Polandia Bela Sang Pelatih

Seperti postingan Instagram di atas, pejudo asal Polandia Martyna Trajdos sampai harus membela pelatihnya karena banyak netizen yang menyebut tindakan sang pelatih saat menampar dirinya sebelum turun pada perlombaan kelas 63 kg putri adalah tindakan berlebihan.

Lewat akun instagramnya, Trajdos menuliskan:

"Pelatihku hanya melakukan apa yang aku inginkan. Apa yang dia lakukan untuk membuat saya bersemangat," tulisnya

4. TV Korsel Lecehkan Sejumlah Kontingen

Stasiun TV Korea Selatan berbuat ulah dengan bersikap rasisme saat menampilkan kontingen sejumlah negara, termasuk Indonesia pada pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.

Hal itu bermula saat kontingen Indonesia memasuki area upacara pembukaan. MBC (Stasiun TV Korsel, red) memperkenalkan tim Merah Putih sebagai negara dengan GDP rendah dan termasuk negara yang memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.

Tak cuma itu, MBC juga menggambarkan sejumlah negara peserta Tokyo 2020 dengan foto sensitif yang menyinggung masalah politik. Seperti menampilakan foto peta Wuhan untuk China, dan tembok Berlin untuk Jerman.

Kemudian mereka juga menggunakan foto insiden nuklir chernobyl untuk mengenalkan Ukraina dan foto insiden kerusuhan saat mengenalkan Haiti. Hal tersebut jelas memicu emosi netizen, hingga akhirnya MBC meminta maaf dan memberikan klarifikasinya.

3. Pelatih Tim Balap Sepeda Dipulangkan Usai berkomentar Rasialisme.

Pelatih tim balap sepeda Jerman, Patrick Moster, harus dipulangkan dari Jepang karena mengucapkan kalimat bernada rasialisme kepada atlet Aljazair dan Eritrea.

Selama perlombaan balap sepeda Time Trial Putra pada Rabu (28/8) berlangsung, Moster mengatakan kepada pesepeda Jerman Nikias Arndt untuk mengalahkan “unta itu" (Atlet Aljazair, dan Eritrea).

Konfederasi Olahraga Olimpiade Jerman akhirnya menghukum sang pelatih dan memulangkannya ke Jerman.

2. Penampilan Atlet Transgender Pertama di Olimpiade

Keikutsertaan Lifter Selandia Baru Laurel Hubberd di Olimpiade Tokyo banyak menimbulkan perdebatan. Status Transgender jadi penyebabnya.

Ia dianggap memiliki keuntungan karena sebelumnya ialah seorang pria, tapi berkompetisi di nomor putri pada ajang empat tahunan ini.

Namun, berkat aturan baru pada 2015, Komite Olimpiade Internasional (IOC) membolehkan Hubbard tampil di kelas putri.

1. Atlet Judo yang Tak Ingin Berjumpa Israel

Atlet Aljazair, Fethi Nourine, memilih mundur dari Olimpiade Tokyo 2020 karena ia akan jumpa dengan wakil Israel, yakni Tohar Butbul pada babak kedua cabang olahraga judo kelas 73 kg.

Pelatih Nourine, Amar Benikhlef, menyebut bahwa mereka tidak beruntung ketika undian anak asuhnya melawan atlet Israel. Bahkan, Benikhlef mengungkapkan, keputusan mengundurkan diri adalah langkah yang tepat. 

Namun, Federasi Judo Internasional (IJF) siap memberi sanksi akibat tindakan Nourine karena dianggap bertentangan dengan filosofi IJF yang memiliki kebijakan non-diskriminasi yang ketat, dan mempromosikan solidaritas sebagai prinsip utama.(rt/mcr15/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Dhiya Muhammad El-Labib

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler