5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik

Kamis, 21 November 2024 – 18:17 WIB
Wartsila Indonesia berbagi insights mendalam mengenai strategi percepatan adopsi energi terbarukan dan solusi inovatif untuk menciptakan sistem tenaga listrik yang lebih berkelanjutan. Foto: dok Wartsila

jpnn.com, JAKARTA - Sebagian besar negara ASEAN telah memulai program ini, dengan pengembangan energi terbarukan sebagai solusi utama. 

Wartsila Indonesia berbagi insights mendalam mengenai strategi percepatan adopsi energi terbarukan dan solusi inovatif untuk menciptakan sistem tenaga listrik yang lebih berkelanjutan lewat “Electricity Connect 2024”, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (21/11).

BACA JUGA: Menko Perekonomian Ungkap Potensi Baru Dukungan Transisi Energi untuk Indonesia

Direktur Bisnis Energi Australasia, Wartsila Energy Kari Punnonen menyatakan banyak negara di ASEAN telah menetapkan target nol emisi bersih.

Sebab, sektor energi memainkan peran penting dalam mengurangi emisi. 

BACA JUGA: Electricity Connect 2024 Siap Jadi Sarana Solusi Inovatif untuk Tantangan Transisi Energi Bersih

"Energi terbarukan telah menjadi sumber listrik termurah di sebagian besar negara di seluruh dunia, dan untuk mencapai target, kita harus mempercepat penerapan energi terbarukan," ungkap Kari.

Badan Energi Internasional mencatat 25 GW tenaga surya dan angin harus ditambahkan setiap tahun di negara-negara ASEAN untuk mencapai target percepatan energi bersih.

BACA JUGA: DPP KNPI: Pemuda Mitra Strategis Pemerintah untuk Mewujudkan Swasembada Energi dan Pemanfaatan EBT

Indonesia pun bersiap untuk mencapai emisi nol bersih dan berencana menambah 30 GW energi terbarukan pada tahun 2033 dan 58,6 GW pada tahun 2040, menurut rancangan RUPTL 2024-2033. 

Wartsila menilai gas akan berperan sebagai bahan bakar transisi utama, dengan tambahan kapasitas sebesar 9 GW pada 2033 dan 20 GW pada 2040. 

"Dari sudut pandang Wartsila, ada lima langkah utama yang harus diambil semua negara untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan," kata Kari. 

Pertama, meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Kedua, menambah pembangkit listrik bermesin fleksibel dan penyimpanan energi untuk menyeimbangkan intermiten energi terbarukan.  

Ketiga, secara bertahap menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak fleksibel. Keempat, mengakses bahan bakar berkelanjutan dan mengubah pembangkit listrik yang tersisa agar dapat beroperasi dengan bahan bakar tersebut.  

Kelima, membangun sistem ketenagalistrikan berdasarkan 100 pwrsen energi terbarukan, penyimpanan, dan pembangkit listrik fleksibel yang didukung oleh bahan bakar berkelanjutan. 

Kari menekanka fleksibilitas sistem tenaga listrik adalah kunci untuk mengatasi variabilitas keluaran tenaga angin dan matahari dalam jangka waktu tertentu, mulai dari hitungan detik hingga perubahan musim. 

Pembangkit listrik berbasis mesin yang fleksibel, seperti mesin pembakaran internal (ICE), memainkan peran penting karena mampu melakukan start-stop, part-loading, dan load-following dengan cepat. 

“Kapasitas ICE Indonesia sebesar 5 GW telah ditetapkan dan siap untuk mendukung tujuan dekarbonisasi negara ini," jelas Kari. 

Dekarbonisasi dapat dilakukan dengan teknologi saat ini. 

Walaupun dibutuhkan tambahan pembangkit listrik bertenaga mesin, pabrik ICE Wartsila menawarkan kekuatan penyeimbang yang penting untuk memungkinkan Indonesia mengintegrasikan lebih banyak sumber energi terbarukan, memangkas biaya, dan emisi CO2.  

“Mesinnya akan mendorong transisi energi dengan fleksibilitas dan pengoperasian yang tidak ada duanya," ungkap Kari.

Pembangkit listrik mesin dapat beralih dari start-up hingga beban penuh hanya dalam dua menit tanpa waktu aktif dan waktu henti minimum. Mulai dan berhenti tanpa batas tidak berdampak pada pemeliharaan. 

"Teknologi berkinerja tinggi menawarkan efisiensi energi sederhana tertinggi yang tersedia dibandingkan teknologi saat ini, 50 perssn atau lebih.” jelas Kari. 

Selain itu, pembangkit listrik bermesin akan beroperasi dengan bahan bakar berkelanjutan di masa depan untuk memungkinkan langkah terakhir menuju masa depan energi terbarukan 100 persen.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler