jpnn.com - Mencari informasi secara online bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, internet menyediakan informasi akan cara yang mudah dan cepat untuk mengakses berbagai informasi nutrisi, tetapi di lain sisi, hal ini menyebabkan maraknya mitos-mitos dan misinformasi terkait nutrisi di kalangan masyarakat.
Merujuk pada Herbalife Nutrition’s Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020, media sosial (68%) adalah saluran yang paling sering digunakan konsumen di Asia Pasifik untuk mendapatkan informasi terkait nutrisi.
BACA JUGA: Herbalife Siapkan Asupan Nutrisi untuk Atlet Asian Games
Namun, konsumen di Asia Pasifik juga bingung dalam membedakan apakah informasi yang mereka dapat apakah merupakan fakta atau mitos.
"Hasil dari kuis yang dilakukan saat survei, kami menemukan daftar mitos-mitos terkait nutrisi dan pengelolaan berat badan yang rata-rata beredar di kalangan masyarakat," ujar Senior Director, Worldwide Nutrition Education & Training, Herbalife Nutrition, Susan Bowerman.
BACA JUGA: Kampanye Gaya Hidup Sehat, Herbalife Gandeng Pemerintah
Enam dari 10 orang mengaku sulit untuk memutuskan apakah hal tersebut fakta atau mitos.
1.Mitos: Diet ketogenik adalah cara sehat untuk menurunkan berat badan Diet ketogenik bukanlah cara yang paling berkelanjutan untuk menurunkan berat badan karena Anda akan kehilangan beberapa nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.
BACA JUGA: Pegadaian Buka Outlet The Gade Coffee & Gold di Taman Centra BRI
Seseorang yang menjalani diet keto mengonsumsi sangat sedikit karbohidrat, jumlah protein sedang, dan jumlah lemak yang sangat tinggi, sehingga memaksa tubuh untuk mengandalkan lemak tubuh sebagai bahan bakar.
Sementara ini membakar lemak tubuh, rendahnya tingkat konsumsi karbohidrat akan mengakibatkan lebih sedikit vitamin dan mineral yang diserap ke dalam tubuh, serta kekurangan serat.
2.Mitos: Cleansing Diet dengan jus adalah strategi yang baik untuk menurunkan berat badan Mengkonsumsi jus mungkin tampak seperti alternatif yang nyaman jika buah-buahan dan sayuran kurang dalam upaya Anda mengelola berat badan.
Tetapi sebagai bahan utama dalam penurunan berat badan, sayuran tidak banyak mengandung nutrisi utama seperti protein, yang membantu memuaskan nafsu makan dan mempertahankan massa otot.
Berat badan yang hilang saat menjalani diet, kemungkinan besar akan naik kembali saat Anda mulai makan kembali secara normal. Makan buah dan sayuran utuh, dan sebagai bagian dari diet seimbang, akan jauh lebih bermanfaat dalam jangka panjang.
3.Mitos: Karbohidrat membuat berat badan bertambah Karbohidrat tidak dapat disalahkan atas penambahan berat badan. Kelebihan kalori yang dapat menambha berat badan secara signifikan.
Untuk memastikan diet seimbang, Filosofi Nutrisi Global Nutrisi Herbalife merekomendasikan 40 persen asupan kalori harian Anda berasal dari sumber karbohidrat yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian - yang juga memberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi, serat dan vitamin B untuk tubuh.
4.Mitos: Puasa intermiten merupakan cara yang efektif bagi setiap orang untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan Puasa intermiten adalah istilah umum untuk berbagai jadwal waktu makan yang berputar antara puasa sukarela dan non-puasa selama periode tertentu.
Penting untuk diperhatikan bahwa puasa untuk menurunkan berat badan bukan untuk semua orang. Mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, atau mereka yang sedang menjalani pengobatan untuk tekanan darah atau penyakit jantung harus menghindari puasa intermiten.
Karena dengan berpuasa intermiten tanpa berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan, bisa menyebabkan kadar glukosa darah mereka turun atau meningkat secara berbahaya risiko kelainan elektrolit.
5.Mitos: diet sangat rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan Keberadaan lemak sangat penting bagi tubuh kita untuk tetap sehat, karena membantu membangun membran sel dan hormon, dan membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.
Banyak diet rendah lemak hanya menggantikan kalori lemak dengan karbohidrat dan gula yang diproses tinggi, dan tidak akan meningkatkan kualitas makanan secara keseluruhan.
Penelitian juga menunjukkan hanya penurunan minimal berat badan setelah tahun pertama dari diet sangat rendah lemak, yang menunjukkan bagaimana hal ini adalah strategi penurunan berat badan jangka panjang yang tidak efektif.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy