Informasi nelayan yang menemukan kapal ke-2 ini, Cristoper Sritoitet, kapal itu diduga kuat terdampar bersamaan dengan kapal JML 4134 IMUL-A-0500 NBO berbendera Srilanka, yang ditemukan nelayan setempat sehari sebelumnya, Kamis (30/8). Dimana, kapal itu juga membawa 45 orang imigran dengan tujuan Australia. Jika kapal pertama karena menderita kerusakan mesin, kapal ke-2 ini diduga kehabisan bahan bakar.
“Kapal ke-2 ini ditemukan tak begitu jauh dari lokasi penemuan pertama. Kapal ini tidak kelihatan bersamaan penemuan pertama, karena tersembunyi di balik gugusan batu karang yang ada di Pulau Sibegeu,” terang Cristoper kepada POSMETRO (Grup JPNN), Senin (2/9).
Saat dikunjungi rombongan Polsek Sikakap, Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB, salah seorang di antara imigran gelap itu menuliskan kalimat “Please Help Us” yang bisa diartikan dengan permintaan pertolongan, di sebuah benda bulat berwarna putih. Sayang, ketika Kapolsek Sikakap, AKP Surya Negara mencoba berdialog dengan mereka, tak membuahkan hasil maksimal karena terkendala bahasa.
“Selama berada di Desa Malakkopa, mereka diberi pisang, keladi dan makanan lainnya oleh penduduk setempat. Bahkan, ada di antara imigran itu yang tinggal di rumah penduduk. Sayang, ketika di evakuasi ke ibu kota kecamatan Sikakap, di Desa Sikakap, mereka tak mau turun dari kapal. Setelah susah payah diberi pengertian --karena terkendala bahasa--, akhirnya mereka mau juga turun ke darat,” terang AKP Surya Negara.
Walau terkendala bahasa, terang AKP Surya Negara, proses identifikasi tetap diupayakan melalui bahasa isyarat. Petugas Polsek Sikakap hanya bisa mengantongi identitas imigran tersebut, dengan cara meminta mereka menuliskan nama di secarik kertas. “Datanya belum bisa saya emailkan, karena terkendala sinyal yang buruk di Sikakap,” terangnya.
Sementara waktu, 53 orang WNA ini digabungkan dengan 43 imigran lainnya yang telah diamankan sebelumnya. Total, kini ada 98 orang imigran yang ditampung di Gedung Kui, di Pulau Sikakap. Untuk sampai di Desa Sikakap yang ada di Pulau Pagai Selatan dari ibu kota kabupaten Kepulauan Mentawai, Tua Pejat yang ada di Pulau Siberut, memerlukan waktu sekitar 11 jam dengan kapal mesin. Cuaca yang kerap berubah ditambah laut yang berhadapan dengan Samudera Hindia, perjalanan menuju kawasan itu jadi sangat berbahaya. Kerap, kapal terpaksa tak bisa berlayar karena cuaca berubah tiba-tiba.
“Kondisi mereka tampak sudah lemas. Beberapa orang di antaranya terlihat sakit. Mungkin karena mabuk laut, setelah diombang-ambing ombak yang terkenal ganas di perairan yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia ini. Terlebih, cuaca sangat ekstrim yang menyebabkan gelombang tinggi sejak sepekan terakhir di kawasan itu,” tambahnya.
Temuan kapal yang membawa imigran untuk kedua kalinya ini, langsung dikunjungi Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet, Rijel Samaloisa (Wabup Mentawai) beserta rombongan muspida, Senin kemarin. Bersama Dandim 0319 Mentawai, Letkol Josafat RMD, AKBP Cucuk Trihono (Kapolres Mentawai), petugas Pos AL, mereka melihat langsung kondisi pengungsi yang ditemukan nelayan Desa Malakkopa yang tengah memancing ikan itu.
“Karena kondisi kesehatan yang memburuk, tujuh orang imigran itu kini menjalani perawatan di Puskesmas Sikakap. Ke-7 pengungsi ini diduga mabuk berat karena diombang-ambing ombak saat berada di tengah laut. Mungkin ditambah lagi akibat kelaparan, karena mereka diketahui juga kehabisan persediaan makanan,” terang Yudas Sabagalet.
Dikatakan Yudas, petugas Polsek Sikakap hanya bisa mengantongi identitas imigran tersebut, dengan cara menuliskan nama mereka di secarik kertas. “Siapa kapten dari ke-2 kapal yang telah diamankan ini, juga belum bisa diketahui karena kita terkendala bahasa,” terangnya sembari menyebut, imigran itu akan dikirim ke Padang untuk dikarantina di kantor Imigrasi.
Ditambahkan Rijel Samaloisa, untuk memastikan kesehatan tujuh orang imigran yang sakit itu, Pemkab Mentawai telah menyiagakan dokter berikut obat-obatan yang dibutuhkan. “Makanan untuk para imigran itu juga kita sediakan,” ungkapnya.
Ditegaskan Rijel, pemkab akan melihat kondisi mereka dulu sebelum dipulangkan ke negerinya, terutama yang tengah menderita sakit. “Untuk sementara, kita akan fasilitasi sampai identitas para imigran tersebut jelas, sehingga tidak ada masalah ketika dilepaskan untuk kembali ke negeri asalnya,” terangnya.
Janji akan dilindungi keamanannya, juga disampaikan Letkol Josafath MRD. Menurutnya, personel TNI sudah bekerja sama dengan jajaran Polres Mentawai, untuk menjaga keamanan para imigran gelap yang terdampar di Mentawai itu.
AKBP Cucuk Trihono kembali menegaskan, telah berkoordinasi dengan Imigrasi Padang dan lembaga-lambaga terkait didalamnya, untuk penanganan lebih lanjut terhadap imigran gelap itu. ”Para imigran ini ke Australia diperkirakan untuk mencari suaka,” kata AKBP Cucuk Trihono.
Sayang, Kepala Kantor Imigrasi Klas I Padang, Elfinur yang dikonfirmasi secara terpisah mengaku, pihaknya kekurangan dana untuk melakukan penjemputan para imigran itu.
Sementara, Direktur Pol Air Polda Sumbar, Kombes Deny Pudjianto menyebut, sudah menyiagakan Kapal Polisi (KP) Manyar Bernomor Lambung 5003 untuk mengevakuasi 45 imigran yang berasal dari kapal pertama. Kapal jenis pemburu itu, dikatakan sudah standby menunggu perintah penjemputan. (s)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa Banyuwangi Gempa Ringan
Redaktur : Tim Redaksi