”Berdasarkan hasil survei itu, 60 persen masyarakat Kabupaten Tangerang masih buang air besar sembarangan,” terang Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang Naniek Isnaeni.
Menurut Naniek juga, survei yang dilakukan selama 2011 lalu itu dengan cara membagikan kuisioner kepada ribuan responden dengan sejumlah pertanyaan. Survei ini dilakukan secara acak di 10 kecamatan dari 29 kecamatan di wilayah yang dipimpin Bupati Ismet Iskandar tersebut. ”Cukup mengejutkan juga setelah mengetahui hasil itu, “ ungkap Naniek juga.
Adapun 10 kecamatan yang disurvey itu, kata Naniek juga, diantaranya Kecamatan Sepatan, Mauk, Balaraja dan Sepatan Timur. Dia mengaku hasil itu bisa jadi karena fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) warga banyak yang belum memenuhi standar kesehatan. Selain itu, pola pikir dan tingkat pendidikan warga yang tinggal di 10 kecamatan itu juga mempengaruhi pola dan tingkah laku hidup tidak sehat tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinkes Kabupaten Tangerang Yully Soenar Dewanti mengaku hasil survei itu tidak mewakili kebiasan seluruh warga Kabupaten Tangerang. ”Ada perbedaan sudut pandang dan interprestasi di kalangan responden,” ungkapnya saat dihubungi wartawan secara terpisah.
Survei dilakukan dari seluruh kalangan yang berada di wilayah kota maupun perkampungan, semua usia, kepadatan penduduk, kekumuhan dan tingkat kepadatan penduduk. ”Salah satu pertanyaan diajukan adalah di mana Anda membuang kotoran anak ketika buang air besar di pampers? Mereka menjawab langsung dibuang ke tempat sampah atau ke sungai,” ungkapnya.
Padahal, standarisasi dari kelayakan membuang kotoran ke septic tank. Dia juga mengaku, survei itu untuk mengubah perilaku tidak sehat warga yang tinggal di Kecamatan Sepatan dan Sepatan Timur yang hingga saat ini masih memiliki kebiasaan buang air besar di kebun, di atas rumput, di sungai dan di WC cemplung.
Untuk diketahui, beberapa tahun lalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Kecamatan Sepatan dengan korban mencapai ratusan orang. Bahkan, diantara korban diare itu ada yang meninggal dunia. Menyikapi itu, Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Amran Arifin meragukan hasil survai LSM Environmental Heads Risk Accesment (EHRA) meski dilakukan bersama Dinkes Kabupaten Tangerang.
”Tidak percaya dengan hasil survei itu,” kata Amran saat dihubungi INDOPOS (Grup JPNN) dua hari lalu. Menurut politisi Partai Demokrat ini, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang saat ini sekitar 3 juta jiwa dan dari jumlah itu banyak juga yang tinggal di perumahan. ”Tidak mungkin warga yang tinggal perumahan yang membuang hajatnya di kebun. Kalau 30 persen bisa terjadi,” ucapnya. (gin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Coklat Bisa Mencegah Stroke
Redaktur : Tim Redaksi