7 Keunikan di Desa Adat Dekat Sirkuit Mandalika, Nomor 5 Bikin Geleng Kepala

Jumat, 18 Maret 2022 – 12:35 WIB
Desa Adat Sade, Lombok Tengah. Foto: ridha/jpnn

jpnn.com, LOMBOK TENGAH - Sebelum menyambangi Sirkuit Mandalika, tidak ada salahnya bertandang sebentar ke Desa Adat Sade.

Kampung yang dihuni suku asli Sasak itu berjarak sekitar 1,5 kilometer dari sirkuit yang menyelenggarakan MotoGP Indonesia.

BACA JUGA: FP1 MotoGP Indonesia Berlangsung Dramatis, Bandara Lombok Fantastis

Kampung adat Sade merupakan salah satu desa wisata yang ada di Lombok Tengah, tepatnya di Desa Rembitan, Pujut.

Banyak hal unik yang ada di Desa Adat Sade.

BACA JUGA: Pol Espargaro Sebut Mandalika Seperti Sirkuit di Surga

Berikut penjelasan dari Ama Ape, salah satu warga adat yang JPNN temui:

1. Hanya Diisi 150 Rumah

BACA JUGA: Update Tiket MotoGP 2022 Sirkuit Mandalika, Kategori Mana yang Tersisa?

Desa Adat Sade hanya diisi 150 rumah dan itu tidak pernah bertambah sejak dahulu.

"Di sini hanya ada 150 rumah dan itu tidak bertambah atau berkurang," buka Ama Ape, Jumat (18/3).

Dari 150 rumah itu, kata dia, total jumlah penduduknya sekitar 700 orang.

2. Desa Adat Sade adalah Kampung Tertua di Lombok

Desa dengan luas tiga hektare itu merupakan salah satu kampung tertua di Lombok.

"Desa Sade sudah dihuni 15 generasi, masih satu rumpun dan satu garis keturunan," kata Ama Ape menambahkan.

Sampai saat ini, kata dia, warga Sade belum pernah melakukan pernikahan dengan orang luar.

3. Desa Sade Artinya Obat

Menurut Ama Ape, dahulu di tempat ini terdapat sumur yang airnya berkhasiat untuk pengobatan dan dinamakan Sade. 

Kata Sade diambil dari kata Kusada, dalam bahasa Jawa Kuno artinya obat. Ini dikaitkan dengan air sumur tersebut.

4. Tari Peresean Suku Sasak

Ketika Anda memasuki gerbang Desa Adat Sade, pengunjung akan langsung disuguhi tarian adu jantan atau disebut Tari Peresean.

"Biasanya kami memainkan untuk menyambut tamu, semacam tari penyambutan," tambah Ama Ape.

Tari Peresean juga mrnjadi ritual Suku Sasak saat hendak meminta hujan.

5. Desa Sade Tidak Memiliki Istilah Lamaran

Dalam tradisi pernikahan di Desa Adat Sade, tidak dikenal istilah lamaran.

"Di sini dikenalnya dengan kawin lari atau kawin culik. Jadi, proses meminang perempuan Desa Sade harus melalui drama penculikan. Kalau lamaran itu dianggap tidak sopan," imbuh Ama Sape.

Pihak mempelai perempuan harus diculik terlebih dahulu atas dasar suka sama suka.

Lantas dibawa kembali ke rumah dengan memberitahu pihak orang tua.

Kendati demikian, dia melanjutkan sejatinya semua itu hanya drama saja.

6. Pewaris Rumah Adalah Anak Laki-laki Paling Kecil

Rumah di Desa Adat Sade akan diwariskan ke anak lali-laki paling kecil.

"Jika tidak memiliki anak laki-laki, pewarisnya akan dilimpahkan ke sepupu," kata dia.

7. Lantai Rumah Sade Campuran dari Kotoran Sapi

Seluruh rumah di Desa Sade, lantainya terbuat dari campuran tanah dan kotoran sapi.

"Kotoran sapi itu sebagai perekat yang kuat, terus lebih dingin dan licin," pungkas Ama Sape.

Unik bukan? (rdo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harmonisasi Desa Adat dan Desa Administrasi Kunci Kelestarian Budaya


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler