7 Penyebab Umum Keguguran pada Ibu Hamil

Kamis, 19 September 2019 – 04:11 WIB
Ilustrasi keguguran. Foto: Hellosehat

jpnn.com - Banyak hal yang dapat menjadi penyebab keguguran yang terkadang tidak  disadari ibu hamil. Mulai dari kondisi janin, riwayat kesehatan ibu, hingga gaya hidup ibu. 

Keguguran merupakan kondisi di mana kehamilan terhenti sehingga janin keluar sebelum usianya mencapai 20 minggu. Biasanya, keguguran lebih sering terjadi antara minggu ke-4 sampai minggu ke-12 atau yang biasa disebut dengan trimester pertama.

BACA JUGA: Istri Keguguran, Gilang Dirga Jadi Merasa Tambah Sayang

Tak heran, masa-masa ini sangatlah rentan bagi seorang ibu hamil. Faktanya, dilansir dari Web MD, lebih dari 80% keguguran terjadi dalam tiga bulan pertama kehamilan. Keguguran lebih kecil kemungkinannya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.

Penyebab umum ibu mengalami keguguran
Untuk menghindari hal itu, Anda harus mengetahui penyebab umum keguguran. Berikut adalah beberapa di antaranya:

BACA JUGA: Baru Keguguran, Dewi Sanca Kok Malah Joget-joget?

1. Faktor genetik

Menurut dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter, penyebab keguguran sendiri sebenarnya masih belum diketahui pasti. Namun, para ahli sepakat bahwa faktor genetik bisa menjadi penyebab ibu hamil mengalami keguguran. 

“Sekitar 2-4 persen kasus keguguran berhubungan dengan kelainan genetik. Karena itu, lakukan evaluasi dan tes genetik terlebih dahulu untuk melihat apakah ada kelainan kromosom atau mutasi pada gen tertentu,” kata dr. Devia. 

Dalam keadaan normal, setiap manusia memiliki 46 kromosom atau 23 pasang. Jika jumlahnya kurang atau lebih dari 23 pasang, dapat meningkatkan risiko keguguran karena janin tidak dapat berkembang dengan normal.

2. Infeksi 

Ketika Anda sedang hamil, ada beberapa infeksi yang rentan menyerang ibu hamil, yakni Toksoplasma, rubela, cytomegalovirus, dan herpes simplex (TORCH) dan coxsackievirus. Kelima infeksi tersebut berhubungan erat dengan peningkatan risiko keguguran, terlebih pada ibu hamil yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. 

3. Adanya gangguan plasenta 

Plasenta merupakan sebuah bagian yang paling penting ketika kehamilan terjadi. Pasalnya, organ ini menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan dinding rahim. Plasenta adalah organ yang dibentuk dari jaringan pembuluh darah. 

Dengan demikian, janin dapat menerima nutrisi dan pertukaran  gas melalui asupan darah ibu. Jika ada masalah atau kelainan pada plasenta, maka bayi tidak akan mendapatkan cukup nutrisi sehingga perkembangan bayi jadi melemah dan akhirnya meninggal dalam kandungan.

4. Gangguan sistem endokrin

Menurut dr. Devia, gangguan sistem endokrin juga bisa memicu keguguran. Misalnya, polycystic ovarian syndrome (PCOS), diabetes mellitus, gangguan hormon tiroid, hiperprolaktinemia, dan luteal phase defect (LPD).

“Sekitar 17-20 persen masalah pada sistem endokrin terjadi pada wanita yang mengalami keguguran,” kata dr. Devia.

Pada kondisi LPD, progesteron tidak cukup diproduksi, sehingga implantasi tidak dapat berjalan dengan baik. Kondisi ini menyebabkan wanita mudah kehilangan janin. “Selain itu, gangguan hormon tiroid dan masalah resistensi insulin juga bisa mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko keguguran apabila tidak di terapi sejak dini,” ujarnya. 

5. Faktor usia ibu 
Wanita yang berusia di atas 35 tahun, lebih rentan mengalami keguguran ketimbang mereka yang hamil pada usia di bawah 35 tahun. Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, sel telur yang dihasilkan oleh ibu berusia di atas 35 tahun lebih buruk ketimbang mereka yang hamil di usia muda. Janin pun tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan sempurna. 

6. Kebiasaan merokok

Ibu yang punya kebiasaan merokok juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami keguguran ketimbang mereka yang bersih dari rokok.

“Ibu yang merokok akan memiliki 35% kemungkinan mengalami keguguran. Hal ini karena secara tidak langsung ibu yang merokok akan menyalurkan nikotin dan zat bercacun lainnya pada bayi,” ujar dr. Dyah Novita dalam artikel yang ditulisnya. 

7. Penyakit darah tinggi

Darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan pasokan darah dan oksigen ke janin berkurang. Ini mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu, yang bisa berujung pada keguguran. 

Untuk mengurangi risiko penyebab keguguran selama hamil, Anda bisa rutin mengecek kondisi kehamilan setiap bulan. Jika Anda merasa tidak enak badan (sakit perut, kram dan nyeri di bagian perut) atau merasa janin tidak bergerak aktif seperti biasanya, jangan tunda pemeriksaan ke dokter.

Informasikan riwayat kesehatan Anda secara jelas pada dokter, sehingga faktor risiko bisa diketahui demi kelancaran kehamilan Anda.(HNS/RVS/klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler