79,1 Persen Cemas Ukuti Unas

Uji Psikologi Kemendikbud Terhadap Siswa Peserta

Sabtu, 21 April 2012 – 08:39 WIB

JAKARTA - Kementeria n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah merampungkan uji psikologis terhadap siswa SMA, MA, dan SMK yang akan mengikuti ujian nasional (Unas) 16-19 April lalu. Dari penelitian yang dilakukan dengan menyebar angket tersebut 79,1 persen anak-anak cemas dalam menghadapi ujian tahun tersebut. Namun. Kecemasan tersebut malah membuat keinginan belajar meningkat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menjelaskan, dalam angket yang disebar ke siswa tersebut hanya ada 4 pertanyaan. Pertama, bagaimana perasaan anda dalam menghadapi Unas. "Jawabannya 40,5 persen biasa saja, 40,2 persen tidak biasa, dan 19,5 persen sangat tidak biasa," jelas Nuh di Kantor Kemendikbud Jakarta, Jumat (20/1).

Pertanyaan kedua, lanjut Nuh, bagaimana tingkat kekhawatiran anda terhadap kelulusan Unas. Hasil survei menunjukan, 25,6 persen tidak khawatir atau yakin lulus, 37,2 cukup khawatir, dan 37,2 sangat khawatir. “Ini merupakan fenomena tersendiri. Kalau ada ujian pasti lulus, maka ujiannya tidak ada greget,” ungkap mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tersebut.

Selanjutnya, tambah mantan Menteri Komunikasi dan Informatika tersebut, bagaimana tingkat kecemasan anda menghadapai Unas. Para siswa menjawab, 56 persen cemas dan 22,4 persen sangat cemas, dan 21.6 biasa saja. Pengertian cemas yang dimaksud disini adalah  kondisi mental individu yang terjadi karena adanya tantangan, tekanan, dan tuntutan  untuk mencapai suatu tujuan tertentu. “3 hal itu bisa sebabkan cemas,” katanya.

Pertanyaan terakhir adalah, kata Nuh, bagaimana pendapat anda tentang Unas. Ajaibnya, para siswa menjawab 43,7 persen sangat mendorong belajar dan 35,4 persen mendorong belajar. Hanay 20,9 persen yang tidak mendorong belajar. “Perasaan cemas justru menyebabkan siswa untuk belajar dan berusaha. 79,1 persen Unas memotivasi anak untuk belajar. Tapi ada juga 20,9 persen yang tidak mendorong belajar,” tutur bapak satu puteri ini.

Di tempat berbeda, Nuh menegaskan, para 73 siswa yang tertangkap usai tawuran ada kemungkinan tidak lulus. Alasannya, bukan karena nilai rata-rata kurang dari 5,5. Melainkan, tidak memiliki akhlak mulia dan budi pekerti. Namun, keputusan lulus atau tidak diserahkan sepenuhnya kepada sekolah.

“”Ada 4 kriteria yang menentukan kelulusan. Kriteria kelulusan salah satunya kelakuan baik. Kami serahkan sepenuhnya ke sekolah. Apakah memenuhi. Kalau dia divonis kelakukan tidak baik salah satu kriteria kelulusan tidak dipenuhi. Maka dia tidak lulus,” pungkasnya.

Nuh menjelaskan, kalau ada sekolah yang muridnya sering tawuran merupakan tanda bahwa lembaga pendidikan tidak mampu membangun karakter anak. Karenanya, Kemendikbud akan melakukan pembinaan. Tidak hanya kepada siswa melainkan juga kepada sekolah dan dinas pendidikan. “Kalau kepala sekolah tidak mampu maka perlu dilakukan penyegaran pimpinan. Sekolah tidak bisa melepaskan diri dari perilaku anak,” tegasnya.
   
Sebelumnya M. Nuh kemarin (20/4) mengunjungi markas Polda Metro Jaya. Kedatangan Mendikbud untuk menjumpai para pelajar SMK yang ditahan polisi karena terlibat tawuran. Pada kunjungannya, M Nuh berdialog dengan para orang tua murid.

Salah satunya adalah Sri Hartati orang tua Yogi, pelajar yang ikut diamankan petugas. ”Saya sedih kok anak kesayangan saya bisa begini,” ujar Sri yang suaminya bekerja sebagai sopir di Lampung.

Sejak Rabu (18/4) lalu, Yogi dan para pelajar SMK lainnya ditahan petugas Polres Bekasi. Karena ikut-ikutan bersama rombongan pelajar lainnya untuk konvoi usai mengikuti UN. Lain halnya anak pertama, pelajar Asep dan keluarga menangis saat dijenguk orang tuanya sebagai buruh di Jongol.”Tobat Pak ini yang terakhir kali sudah,” urai Asep SMK Putra Negara, Jongol, Bogor, Jawa Barat, yang langsung memeluk orang tuanya.

Mendikbud M Nuh sendiri tidak mengetahui apakah para pelajar yang diamankan itu lulus atau tidak.”Yang pasti jika tidak lulus, tidak boleh putus sekolah, jangan putus asa,” ujar M Nuh menyemangati.

Sementara, Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Suhardi Alius mengatakan, para pelajar yang diamankan itu merupakan upaya petugas untuk mencegah tawuran. ”Sebelum terjadi kita cegah dulu,” katanya. (cdl/ibl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Puluhan Madrasah Swasta Terganjal Izin Operasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler