BOGOR- Hujan lebat yang semalaman mengguyur Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) menuai petaka. Senin (25/3), longsor hebat terjadi di dua wilayah tersebut. Sebanyak delapan orang tewas, sembilan orang hilang dan sekitar 32 rumah rusak akibat gulungan tanah itu.
Di Kabupaten Bogor, longsor dan banjir bandang terjadi di Kecamatan Dramaga dan Tenjolaya. Informasi yang dihimpun, sekitar pukul 02:00 tebingan di RT 08/02, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya ambrol menimpa 12 rumah hingga hancur. Tiga di kampung tersebut rusak berat, delapan rusak ringan.
Tak sampai di situ, satu bangunan musala rusak, dua sepeda tertimbun, 15 kambing milik warga pun terkubur. Satu unit angkot tak bisa bergerak karena terjebak longsoran tanah bercampur batu dan batangan pohon. Ada sekitar 15 rumah lainnya di kampung tersebut terancam dilahap gulungan tanah dari tebingan setinggi 75 meter.
Dampak bencana lainnya, jalan penghubung antara Kecamatan Tenjolaya dan Tamansari terputus. “Awalnya, terdengar gemuruh lalu warga berlarian sehingga masih bisa menyelamatkan diri,” ujar salah satu saksi mata, Mesdi (54). Di tempat berbeda, longsor juga terjadi di Kampung Cihideung Keramat, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga yang mengakibatkan satu rumah rusak berat, empat rumah rusak sedang, dan empat rumah rusak ringan.
Bahkan, aliran Sungai Cihideung sempat merendam belasan tempat kost dan rumah di Jalan Perwira, RT 01/06, Kampung Babakan Doneng, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga. Banjir bandang setinggi 1,5 meter itu, merusak sebanyak 18 unit sepada motor, 15 unit laptop, dan menghanyutkan puluhan skripsi milik mahasiswa IPB. "Banyak anak mahasiswa yang ngeskos, motornya rusak akibat terendam air," terang Mamat (46) penjaga kos.
Uang sebesar Rp 49 juta dari hasil pembayaran penghuni kos yang rencananya akan disetorkan juga hilang terbawa arus air. Ketua RT 01, Kampung Babakan Doneng, Wawan mengungkapkan, banjir bandang terjadi karena adanya proyek pembangunan jembatan Kali Cihideung. Itu ditambah dengan tumpukan sampah yang melimpah.
"Setelah ada pembangunan jembatan milik perumahan ditambah tumpukan sampah mengakibatkan air banjir masuk rumah," ungkapnya.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang mendatangi lokasi, langsung meminta warga di dua kecamatan tersebut waspada. BPBD meminta sejumlah warga yang tinggal di wilayah bencana longsor Tenjolaya untuk mengungsi.
Kasi Logistik BPBD, Budi Aksomo mengatakan, telah menurunkan bantuan tanggap darurat. “Dua tim sudah berada dilokasi untuk mengevakuasi warga ke tempat aman,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, telah berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) untuk menurunkan alat berat agar jalan kembali normal.
“Insya Allah, malam ini (kemarin,red) jalur sudah akan mulai terbuka sebab alat berat sudah di lokasi,” katanya.
Camat Tenjolaya, Baihaki mengatakan, meski tidak ada korban jiwa tapi sebagian besar barang-barang milik warga tak bisa diselamatkan karena ikut tertimbun longsoran.
Sementara itu, longsor hebat juga melanda Kabupaten Bandung Barat. Peristiwa nahas ini terjadi di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat pukul 05.30, Senin (25/3).
Sebanyak 17 orang tewas tertimbun longsor. Hingga kini pencarian korban lainnya masih dilakukan. Longsor diakibatkan ambrolnya tebing bukit Arca setinggi 500 meter setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
Sebelum peristiwa berlangsung, korban selamat, Ipon (40) mengaku kaget mendengar suara ledakan dan gemuruh yang berasal dari bukit belakang rumahnya. Tak lama berselang, bukit di belakang rumahnya langsung menggulung menerjang rumah tetangganya.
"Pada saat kejadian, saya sedang menyapu halaman depan rumah, semula kaget dengan suara gemuruh, setelah dilihat, ternyata terjadi longsor yang sangat hebat terjadi di bukit itu (Arca, red)," tuturnya.
Pantauan di lapangan, puluhan warga dengan dibantu Petugas BPBD KBB, TNI, dan Kepolisian bahu-membahu mencari korban yang masih tertimbun tanah longsor dengan peralatan seadanya, karena alat berat sangat sulit dimasuki lokasi kejadian.
Pihak BNPB mengaku sangat sulit mencari sisa korban karena selain kontur tanah yang labil. Gubernur Jawa Barat Ahmad yang datang ke Heryawan menginstruksikan kepada BPBD Jawa Barat dan Pemkab Kabupaten Bandung Barat agar segera mengevakuasi warga sekitar yang selamat dari musibah longsor tersebut. "Saya sudah instrusikan kepada pihak terkait mungkin untuk sementara warga sekitar yang selamat bisa disewakan rumah, lalu ke depannya kita cari lokasi yang aman," kata Heryawan.
Kepala BPBD Kabupaten Bandung Barat (KBB) Maman Sulaiman menyebutkan, lokasi longsor yang berada di kawasan perbukitan Desa Mukapayung Kecamatan Cililin, termasuk zona merah pergerakan tanah. Daerah tersebut salah satu lokasi rawan longsor di KBB."Ada 16 lokasi kategori rawan bencana longsor di KBB. Salah satunya daerah Mukapayung. Daerah ini masuk zona merah," jelas Maman ditemui di lokasi longsor.
Maman mengatakan, sejak kemarin malam hingga menjelang pagi, hujan mengguyur deras daerah tersebut. Sehingga, sambung dia, terjadi pergerakan tanah. Malapetakan bencana alam pun tak terhindarkan.
Kepala PVMBG Surono pun berkata sama. Ia menjelaskan daerah Mukapayung memang rawan pergeseran tanah."50 persen (zona) merah, 50 persen kuning. Artinya, sering terjadi (gerakan tanah). Warga yang berada di bawah tebing diimbau hati-hati. Apalagi saat kondisi hujan," singkat Surono. (sdk/cr8/jpnn)
Di Kabupaten Bogor, longsor dan banjir bandang terjadi di Kecamatan Dramaga dan Tenjolaya. Informasi yang dihimpun, sekitar pukul 02:00 tebingan di RT 08/02, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya ambrol menimpa 12 rumah hingga hancur. Tiga di kampung tersebut rusak berat, delapan rusak ringan.
Tak sampai di situ, satu bangunan musala rusak, dua sepeda tertimbun, 15 kambing milik warga pun terkubur. Satu unit angkot tak bisa bergerak karena terjebak longsoran tanah bercampur batu dan batangan pohon. Ada sekitar 15 rumah lainnya di kampung tersebut terancam dilahap gulungan tanah dari tebingan setinggi 75 meter.
Dampak bencana lainnya, jalan penghubung antara Kecamatan Tenjolaya dan Tamansari terputus. “Awalnya, terdengar gemuruh lalu warga berlarian sehingga masih bisa menyelamatkan diri,” ujar salah satu saksi mata, Mesdi (54). Di tempat berbeda, longsor juga terjadi di Kampung Cihideung Keramat, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga yang mengakibatkan satu rumah rusak berat, empat rumah rusak sedang, dan empat rumah rusak ringan.
Bahkan, aliran Sungai Cihideung sempat merendam belasan tempat kost dan rumah di Jalan Perwira, RT 01/06, Kampung Babakan Doneng, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga. Banjir bandang setinggi 1,5 meter itu, merusak sebanyak 18 unit sepada motor, 15 unit laptop, dan menghanyutkan puluhan skripsi milik mahasiswa IPB. "Banyak anak mahasiswa yang ngeskos, motornya rusak akibat terendam air," terang Mamat (46) penjaga kos.
Uang sebesar Rp 49 juta dari hasil pembayaran penghuni kos yang rencananya akan disetorkan juga hilang terbawa arus air. Ketua RT 01, Kampung Babakan Doneng, Wawan mengungkapkan, banjir bandang terjadi karena adanya proyek pembangunan jembatan Kali Cihideung. Itu ditambah dengan tumpukan sampah yang melimpah.
"Setelah ada pembangunan jembatan milik perumahan ditambah tumpukan sampah mengakibatkan air banjir masuk rumah," ungkapnya.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang mendatangi lokasi, langsung meminta warga di dua kecamatan tersebut waspada. BPBD meminta sejumlah warga yang tinggal di wilayah bencana longsor Tenjolaya untuk mengungsi.
Kasi Logistik BPBD, Budi Aksomo mengatakan, telah menurunkan bantuan tanggap darurat. “Dua tim sudah berada dilokasi untuk mengevakuasi warga ke tempat aman,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, telah berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) untuk menurunkan alat berat agar jalan kembali normal.
“Insya Allah, malam ini (kemarin,red) jalur sudah akan mulai terbuka sebab alat berat sudah di lokasi,” katanya.
Camat Tenjolaya, Baihaki mengatakan, meski tidak ada korban jiwa tapi sebagian besar barang-barang milik warga tak bisa diselamatkan karena ikut tertimbun longsoran.
Sementara itu, longsor hebat juga melanda Kabupaten Bandung Barat. Peristiwa nahas ini terjadi di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat pukul 05.30, Senin (25/3).
Sebanyak 17 orang tewas tertimbun longsor. Hingga kini pencarian korban lainnya masih dilakukan. Longsor diakibatkan ambrolnya tebing bukit Arca setinggi 500 meter setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
Sebelum peristiwa berlangsung, korban selamat, Ipon (40) mengaku kaget mendengar suara ledakan dan gemuruh yang berasal dari bukit belakang rumahnya. Tak lama berselang, bukit di belakang rumahnya langsung menggulung menerjang rumah tetangganya.
"Pada saat kejadian, saya sedang menyapu halaman depan rumah, semula kaget dengan suara gemuruh, setelah dilihat, ternyata terjadi longsor yang sangat hebat terjadi di bukit itu (Arca, red)," tuturnya.
Pantauan di lapangan, puluhan warga dengan dibantu Petugas BPBD KBB, TNI, dan Kepolisian bahu-membahu mencari korban yang masih tertimbun tanah longsor dengan peralatan seadanya, karena alat berat sangat sulit dimasuki lokasi kejadian.
Pihak BNPB mengaku sangat sulit mencari sisa korban karena selain kontur tanah yang labil. Gubernur Jawa Barat Ahmad yang datang ke Heryawan menginstruksikan kepada BPBD Jawa Barat dan Pemkab Kabupaten Bandung Barat agar segera mengevakuasi warga sekitar yang selamat dari musibah longsor tersebut. "Saya sudah instrusikan kepada pihak terkait mungkin untuk sementara warga sekitar yang selamat bisa disewakan rumah, lalu ke depannya kita cari lokasi yang aman," kata Heryawan.
Kepala BPBD Kabupaten Bandung Barat (KBB) Maman Sulaiman menyebutkan, lokasi longsor yang berada di kawasan perbukitan Desa Mukapayung Kecamatan Cililin, termasuk zona merah pergerakan tanah. Daerah tersebut salah satu lokasi rawan longsor di KBB."Ada 16 lokasi kategori rawan bencana longsor di KBB. Salah satunya daerah Mukapayung. Daerah ini masuk zona merah," jelas Maman ditemui di lokasi longsor.
Maman mengatakan, sejak kemarin malam hingga menjelang pagi, hujan mengguyur deras daerah tersebut. Sehingga, sambung dia, terjadi pergerakan tanah. Malapetakan bencana alam pun tak terhindarkan.
Kepala PVMBG Surono pun berkata sama. Ia menjelaskan daerah Mukapayung memang rawan pergeseran tanah."50 persen (zona) merah, 50 persen kuning. Artinya, sering terjadi (gerakan tanah). Warga yang berada di bawah tebing diimbau hati-hati. Apalagi saat kondisi hujan," singkat Surono. (sdk/cr8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Penumpang KA Batal Berangkat
Redaktur : Tim Redaksi