80,8% Orang Indonesia Bersedia Divaksin

Rabu, 12 Mei 2021 – 15:06 WIB
Ilustrasi, vaksinasi COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan 80,8 persen masyarakat Indonesia bersedia menerima vaksinasi Covid-19.

Survei dilakukan oleh University of Maryland bekerja sama dengan Facebook dalam program Covid-19 Sympton Survey pada 10 Januari hingga 31 Maret 2021.

BACA JUGA: Dede dan Fadhilah Ditendang, Jatuh dari Motor, Dibacok Pakai Parang, Tangan Putus

"Keraguan masyarakat untuk mendapatkan vaksin telah menurun dari 28,6 persen menjadi 19,2 persen selama periode Januari-Maret 2021 ini," kata Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi dikutip dari keterangan resmi Kemenkes, Rabu (12/5).

Survei yang menganalisis 178.988 responden ini memberikan perincian demografis dari keraguan terhadap vaksin Covid-19 yang dilaporkan sendiri, alasan keraguan, sumber informasi terpercaya, dan perilaku utama seperti pemakaian masker dan jarak sosial.

BACA JUGA: Doni Monardo, Puan, Jenderal Listyo, Panglima Hadi Berkumpul di Bandara Soetta

Menurut hasil survei tersebut, 49,2 persen orang dewasa mengkhawatirkan efek samping, sementara 34,9 persen lainnya ingin menunggu dan melihat situasi sebagai alasan utama keraguan.

Secara khusus, kelompok usia termuda adalah kelompok yang paling ragu terhadap vaksin, dengan kelompok usia 18-24 tahun sebesar 20,9 persen dan usia 25-34 tahun sebesar 21,4 persen.

Riau dan Sumatera Selatan memiliki keragu-raguan vaksin tertinggi, sementara Banten dan Bali adalah provinsi yang paling meyakini vaksin.

Pada Maret, 86 persen dari responden mengaku selalu mengenakan masker saat berada di depan umum. Penggunaan masker tertinggi di Bali (92 persen) dan terendah di Aceh (72 persen).

Laporan kontak langsung dengan pasien Covid-19 yang tidak tinggal bersama mereka meningkat dibanding Februari dari 36 persen menjadi 38 persen.

Kepala Kebijakan Publik untuk Facebook di Indonesia Ruben Hattari mengatakan survei ini dilakukan dengan mengedepankan privasi koresponden.

"Tanggapannya dikirim ke para peneliti langsung dan tidak dapat diakses oleh Facebook," tutur Ruben. (mcr9/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler