jpnn.com, BEIJING - China pada Selasa (13/12) mengirimkan pesan perdamaian ke Jepang dalam upacara untuk memperingati 85 tahun peristiwa pembantaian 1937 di Nanjing yang dilakukan oleh pasukan Jepang.
Anggota kepemimpinan puncak Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China Cai Qi meminta China dan Jepang untuk sama-sama menarik pelajaran dari sejarah di Nanjing.
BACA JUGA: Wasiat Mantan Presiden China Jiang Zemin Sudah Dilaksanakan
Cai Qi, yang menjadi anggota pertama komite partai yang berkuasa di China itu, mengatakan dalam pidatonya bahwa pembantaian di Nanjing adalah "kejahatan yang tidak manusiawi dan mengejutkan", tetapi kedua negara Asia itu harus "saling tulus dan percaya" satu sama lain.
Pidato Cai pada upacara peringatan nasional di Provinsi Jiangsu, China timur itu diyakini mencerminkan peningkatan hubungan bilateral China-Jepang baru-baru ini karena tahun ini menandai peringatan 50 tahun normalisasi hubungan diplomatik kedua negara.
BACA JUGA: Gas Rusia Diharamkan Eropa, China Bersiap Ambil Kesempatan
Cai mengatakan kerja sama dan pertukaran bilateral Jepang-China selama 50 tahun terakhir telah "membawa kebahagiaan bagi rakyat kedua negara dan mempromosikan perdamaian dan pembangunan regional".
Dia menambahkan Beijing dan Tokyo harus "membangun hubungan yang memenuhi persyaratan era baru".
BACA JUGA: Akhirnya, China Akui Varian Omicron Tidak Mengerikan
Pidato itu disampaikan setelah kesepakatan tercapai dalam pembicaraan tingkat tinggi antara Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada November di Bangkok, di mana kedua pemimpin berjanji untuk berusaha membangun hubungan "konstruktif dan stabil" dan mempromosikan dialog antara para pemimpin dan menteri kedua negara.
Para penyintas pembunuhan di Nanjing dan pejabat militer termasuk di antara sekitar 3.000 peserta kegiatan peringatan yang diadakan di Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang.
Mereka menyanyikan lagu kebangsaan China dan mengheningkan cipta selama satu menit sementara sirene terdengar di seluruh kota.
Pada 2014, China menetapkan 13 Desember sebagai hari peringatan nasional untuk peristiwa pembantaian di Nanjing.
Jumlah penyintas yang terdaftar turun menjadi 54 orang dan usia mereka rata-rata sekitar 92 tahun, menurut Kantor Berita Xinhua.
Tidak seorang pun dari Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China yang hadir pada upacara tersebut sejak Presiden Xi Jinping menghadiri acara peringatan pada 2017.
Skala pembunuhan warga sipil dan tentara oleh pasukan Jepang saat merebut Nanjing, yang saat itu menjadi ibu kota pemerintah Nasionalis China Chiang Kai-shek, dan selama beberapa minggu berikutnya, telah menjadi bahan perdebatan.
China mengklaim tentara Jepang membantai lebih dari 300.000 orang di kota yang sebelumnya disebut Nanking itu.
Sebaliknya, perkiraan sejarawan Jepang tentang jumlah korban tewas di Nanjing, baik warga sipil maupun tentara China, bervariasi dari puluhan ribu hingga 200.000 jiwa. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif