jpnn.com - JAKARTA - Komjen Pol Tigar M Sianipar meyakini, sembilan anggota jaringan narkoba internasional yang dibekuk Badan Narkotika Nasional (BNN) di depan Lotte Mart, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (5/1), juga menyasar sejumlah kota besar di Indonesia sebagai wilayah peredaran.
Pasalnya, jaringan yang oleh BNN disebut sebagai Sindikat Tiongkok ini dalam sekali angkut membawa 862 kilogram sabu sikap edar. Ini merupakan jumlah yang fantastis.
BACA JUGA: Wanita Paruh Baya Tewas Dilindas Gear Baja 15 Ton
"Saya yakin, sebelumnya mereka sudah berhasil memasok. Karena merasa aman, mereka bawa dalam jumlah besar. Barang ini saya yakin tidak hanya untuk Jakarta. Tapi juga untuk Medan, Palembang, Surabaya, Bandung, Jogja, Padang, bahkan juga untuk Bali. Karena kalau sudah berhasil masuk Jakarta, mudah sekali menyebar ke kota-kota lain," ujar Togar, mantan pimpinan Badan Narkotika Nasional (BNN) itu, kepada JPNN kemarin (9/1).
Tertangkapnya anggota Sindikat Tiongkok yang mengirim barang lewat pelabuhan tardisional di Dadap, Tangerang ini, juga menunjukkan bahwa jalur laut masih menjadi idola bandar narkoba.
BACA JUGA: Mobil Goyang, Buru-buru Tutup Resleting Celana, Katanya Ngajari Nyetir
"Jalur laut masih menjadi dewa bagi para pengedar narkoba. Bayangkan, dua pertiga wilayah kita perairan, dengan panjang pantai 85 ribu kilometer. Siapa yang bisa mengawasi? TNI AL gabung Bea Cukai dan Polair pun tak akan mampu mengawasi," ujar mantan Kapolda Bali, Sumsel, dan Kaltim itu.
Dia mengapreasiasi kinerja lembaga yang pernah dipimpinnya itu. Hanya saja, Siantar Man itu juga mengingatkan agar BNN tidak hanya melakukan penangkapan-penangkapan. Jauh lebih penting adalah pencegahan, baik primer, sekunder, dan tertier.
BACA JUGA: Gulung Komplotan Penggelapan Barang Ekspedisi
Pencegahan primer dengan mengupayakan jangan sampai orang yang tidak pernah mengonsumsi narkoba, menjadi terpengaruh ikut mengonsumsi. Sekunder, pengguna narkoba jangan sampai menjadi kecanduan. Tertier, merehabilitasi bagi yang sudah kecanduan. "Ingat adagium mencegah lebih mudah daripada mengobati," ujarnya.
Dikatakan, saat ini peredaran narkoba sudah parah. "Tidak ada desa atau kecamatan yang terbebas narkoba. Tidak ada satu pun kampus yang terbebas narkoba, di universitas-universitas terkemuka pun ada pengedarnya. Ini sungguh parah," cetusnya.
"Sesuai data, para penggunanya adalah usia-usia produktif, 15 hingga 45 tahun. Menyedihkan," imbuhnya lagi.
Sementara, Jubir BNN Kombes Pol Sumirat Dwiyanto, belum bisa dimintai penjelasan mengenai wilayah-wilayah yang menjadi sasaran Sindikat Tiongkok itu. "Saya rapat dulu ya," ujarnya.
Namun, dalam keterangan tertulisnya, dia mengatakan bahwa bukan hanya ancaman hukuman mati yang menanti para pelaku yang dibekuk di Kalideres itu. "Akan tetapi juga kejahatan pencucian uang mereka akan dibongkar," ujarnya.
BNN akan menjerat Wong Chi Ping (WCP), salah satu pelaku, dengan pasal berlapis, yaitu ancaman hukuman mati dan TPPU (tindak pidana pencucian uang).
WCP diketahui tinggal di negeri ini kurang lebih 18 tahun di Indonesia. WCP berbisnis narkoba dan mendapatkan suntikan dana dari atasannya yang berada di Malaysia. Dalam konteks pencucian uang, BNN akan mendalami rekening yang dimiliki oleh WCP untuk mengetahui secara mendetil perihal aliran uang yang keluar masuk rekeningnya.
Dalam jaringan ini, WCP diketahui sebagai orang nomor satu karena ia berperan sebagai perekrut kurir, pencari kapal, dan penyedia akomodasi para kurir dan juga penyedia semua keperluan anak buahnya dalam menjalanan aksi kejahatan narkoba yang super fantastis ini. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepeda Motor Pembunuh si Janda Cantik Ditemukan
Redaktur : Tim Redaksi