9 Janda Muda dari Dolly Masuk Lampung

Jumat, 20 Juni 2014 – 06:28 WIB

jpnn.com - BANDARLAMPUNG – Efek penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya mulai merembet ke Lampung. Para penghuni lokalisasi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara ini menjadikan Lampung sebagai destinasi untuk mencari penghasilan.

Anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandarlampung Surani yang juga selaku pendamping untuk wilayah Panjang mengatakan, Lampung memang salah satu tujuan para pekerja seks komersial (PSK) Dolly.

BACA JUGA: Terbuka, Peluang Honorer K2 Asli di Aceh jadi CPNS

Ini terbukti dari sejumlah PSK eks Dolly yang ternyata sudah bermukim di lokalisasi Pantai Harapan.

’’Ya, sembilan PSK itu sudah ada di Lampung sejak sekitar lima belas hari yang lalu. Nama kesembilan PSK asal Dolly itu, di antaranya berinisial DS, LL, MY, FT, RS, dan NN,” kata Rani –sapaan akrab Surani– kepada Radar Lampung kemarin (18/6).

BACA JUGA: Pemprov Tunggu Surat Resmi tentang Jatah Formasi CPNS

Rani mengutarakan, kesembilan PSK itu berusia antara 25–35 tahun. Mayoritas menyandang status janda. Menurutnya, sudah menjadi hal yang biasa jika para PSK itu berpindah tempat.

Ini dikarenakan mereka akan selalu berusaha mencari lokasi yang lebih nyaman dan dapat memberikan penghasilan lebih tinggi dari tempat sebelumnya.

BACA JUGA: Kursi CPNS Honorer K2 di Sumut Banyak yang Kosong

Dijelaskan, kini kesembilan PSK itu telah bermukim di lokalisasi Pantai Harapan, Panjang, Bandarlampung. Selama menetap di Lampung, PSK asal Dolly itu menggunakan izin domisili dari ketua rukun tetangga (RT) setempat yang berlaku untuk tiga bulan.

’’PSK kan sudah punya KTP. Jadi, mereka hanya diberikan surat izin domisili yang berlaku selama tiga bulan. Surat itu dapat diperpanjang selama masih berdomisili di wilayah tersebut,” ujarnya.

Rani juga mengungkapkan, selama ini PSK memiliki jaringan yang kuat. Sehingga mudah mendapatkan informasi calon lokalisasi yang cukup menjanjikan untuk menangguk rezeki. Informasi itu biasanya diperoleh dari sesama teman PSK atau para mucikari yang tersebar di berbagai provinsi.

’’Mereka kan (PSK, Red) punya banyak teman. Jadi mudah mendapat informasi lokalisasi yang baru. Sekarang, PSK biasanya bekerja sendiri atau tidak ada mucikarinya (mandiri, Red),” ungkapnya.

Saat disinggung terkait upaya pencegahan terhadap penyakit yang kemungkinan dibawa para PSK itu, Rani menerangkan, pada dasarnya para PSK tersebut sebelumnya selalu melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.

’’PSK selalu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Tapi, kami akan selalu mengawasi dan mendampinginya untuk mencegah agar tidak terjangkit virus penyakit yang mematikan,” ucapnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Diskes) Lampung juga bersiap menghadapi serangan penyakit menular, khususnya penyakit kelamin yang kemungkinan disebarkan para PSK asal Dolly yang sudah masuk ke provinsi ini.

Humas Diskes Lampung Asih Hendrastuti mengatakan, pihaknya beberapa waktu lalu sudah menyiapkan program kegiatan IMS (infeksi menular seksual). Program ini dapat mencegah penyakit menular yang kini berkembang di masyarakat.

"Kami sudah menyiapkan program untuk mencegah penyakit menular. Kalau memang mereka datang ke Lampung, kami akan meminta mereka mengikuti program ini. Kami tidak mau PSK yang hijrah ke Lampung membawa penyakit menular," ungkap Asih kemarin (19/6).

Menurut Asih, pihaknya tidak dapat mencegah seseorang yang akan datang ke Lampung. Namun, pihaknya akan sedapat mungkin berusaha bagaimana PSK yang datang ke Lampung itu tidak membawa penyakit menular.

"Kalau melarang mereka datang kan nggak mungkin. Ya, paling kami mencegah penyakit saja. Kalau ada warga baru kan pasti akan ketahuan," tuturnya.

Secara teknis, kata Asih, di Provinsi Lampung ada beberapa puskesmas yang intens mencegah penyakit menular. Salah satunya Puskesmas Panjang. Puskesmas ini sering didatangi para PSK untuk berobat penyakit menular seksual.

"Kalau ada PSK yang terkena penyakit menular, kami sebagai kader membawanya ke puskesmas itu untuk diobati. Tidak hanya itu. Nanti juga pihak puskesmas memberikan arahan dan imbauan supaya PSK menggunakan kondom saat berhubungan," ujarnya.

Asih menambahkan, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada para remaja berumur 15–24 tahun untuk menghindari seks bebas. Sebab, kini para remaja sudah banyak yang melakukan seks bebas di luar kontrol.

"Ini salah satu program kami juga. Kami bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk mencegah penyakit menular sejak dini," ungkapnya. (RL/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Ramadan, 57 Pasangan Mesum Terjaring


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler