ABG Dijual Germo Belia

Rabu, 08 Februari 2012 – 11:01 WIB
PONTIANAK - Kepolisian kembali mengungkap kasus prostitusi anak. Pengungkapan tersebut untuk kali kedua dalam satu pekan terakhir di Pontianak. Kini mucikari yang diamankan juga berusia di bawah umur. Ketika lagi menjual korban di sebuah hotel di daerah Kubu Raya, Senin (6/2).

Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Mukson Munandar, Selasa (7/2), mengatakan Direktorat Reserse dan Kriminal Khusus Polda Kalbar Sub Unit Remaja Anak dan Wanita masih mendalami kasusnya. Karena disinyalir kasus serupa banyak terjadi dan mempunyai jaringan rapi.
 
Menurut Mukson, mucikari dan korban berusia 17 tahun. Keduanya menerangkan sudah lebih satu kali terlibat dunia prostitusi anak. Korban melayani tamu selalu di hotel. Modus operandinya mirip kasus penungkapan yang pertama. Mucikari menelepon korban untuk datang ke hotel.

Tarif ditentukan mucikari. Sementara korban hanya tahu hasil jadi. Tanpa ikut campur negosiasi penentuan harganya. "Korban dihargai Rp800 ribu. Mucikarinya memperoleh jatah Rp400 ribu. Selebihnya menjadi hak korban," kata Mukson.

Mukson menambahkan, mucikari dan korban telah dimintai keterangan. Status mucikari sudah ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya telah menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar untuk memastikan kondisinya terinfeksi penyakit menular atau tidak.
Menurut Mukson, pengelola hotel juga bakal diperiksa, terkait keberadaan anak di bawah umur bisa masuk kamar hotel secara bebas.

"Kita mensinyalir tidak hanya satu hotel tempat tersangka menjalankan aksi prostitusi anak," kata dia.

Setiap kali modusnya, lanjut Mukson, tersangka selalu menghubungi korban melalui telepon. Meminta korban datang ke hotel. Tersangka  menunggu di hotel. Sebelum kemudian mengantar korban menemui tamu yang sudah berada di kamar hotel.
 
"Tersangka bakal dijerat  UU Nomor 23/2002 pasal 88 tentang perlindungan anak atau UU Nomor 21 tentang perdagangan orang," kata Mukson.

Ia mengimbau orangtua mengawasi pergaulan anak. Agar lebih selektif bila memberikan izin untuk keluar. Sebagai antisipasi dini supaya anak tidak terlibat pergaulan negatif.

Cerita prostitusi anak di Pontianak bukan kisah isapan jempol. Melainkan sebuah fakta di tengah lingkup sosial tatanan masyarakat, yang geraknya rapi, dengan berpindah dari hotel ke hotel untuk menghilangkan jejak.

Al (22) seorang mucikari mengaku ada lima anak yang telah dijualnya. Pemesan terdiri berbagai kalangan. Semua akan dilayani dengan segera menghubungi korban melalui telepon. Sekaligus menyatakan cukup banyak praktik prostitusi anak di luar jaringannya.
 
Al mengaku sudah hampir enam bulan menjadi mucikari. Anak  korban jaringannya tidak pernah dipaksa untuk terlibat prostitusi. Melainkan dilandasi atas dasar suka sama suka.

Sementara seorang anak berusia 17 tahun mengaku sudah tiga kali melayani tamu di hotel. Bahkan melakukannya sejak duduk di bangku SMA.  Faktor ekonomi menjadi dalih nekat menjual diri. Salah satunya buat menutupi kebutuhan biaya sekolah. Berkat pengalaman dan jaringan yang dimiliki kini dia sudah menjadi mucikari. Tetapi tetap melayani bila ada pesanan. "Sekali main  Rp500 ribu," katanya.

Mucikari berusia belia bukan hal asing dalam dunia prostitusi anak. Demikian diungkapkan salah seorang anak lain yang belum genap berusia 17 tahun, yakni seorang siswi kelas 2 salah satu SMA di Pontianakâ€"bekas sekolahnyaâ€"kini aktif menjadi mucikari, yang menjual teman satu kelas kepada penikmat dunia prostitusi anak.

Dia mengaku putus sekolah karena pergaulan negatif. Sudah terjun dalam dunia prostitusi anak sejak akhir 2011. "Sudah tiga tamu yang saya layani. Semua di hotel," katanya.

Ia menambahkan modus jaringan prostitusi anak adalah pertemanan. Kemudian saling menghubungi jika ada tamu yang ingin ditemani. Bila ada kesepakatan langsung menyusul ke hotel tempat tamu berada. Namun menyanggah jika mempunyai jaringan khusus dengan pengelola hotel. Sebab jaringan prostitusi anak, berdiri sendiri.
 
Menurut dia, tarif berlaku fluktuatif. Namun semakin tua usia tamu akan dihargai lebih mahal. Sementara alasan terjun ke dunia prostitusi karena masalah pergaulan. Selain ditunjang orangtua sering tidak berada di rumah.

Terlibat prostitusi sebetulnya begitu berisiko bagi anak. Karena perilaku seks bebas rentan terinfeksi penyakit menular. "Biasa tamu membawa kondom. Kalau tidak bawa mau apalagi," katanya. (stm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Simpan Sabusabu, Staf Kemenag Ditangkap

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler