jpnn.com - MOROTAI - Simsalabim! Morotai, Maluku Utara akan dijadikan destinasi wisata kelas dunia. Levelnya bakal didorong sejajar dengan beragam kota wisata dunia, satu level dengan Dubai, Abu Dhabi, Hong Kong dan Singapura yang sukses dengan statusnya Hub Countries.
Keelokan ditambah sedikit menu mistis, mulai dari laut dan pantai perawan sampai kisah sejarah Perang Dunia menjadikan kabupaten ini layak menjadi destinasi wisata kelas dunia.
BACA JUGA: Rasakan 6 Manfaat ini, Setelah Berhenti Mengonsumsi Makanan Olahan
Morotai mempunyai lokasi yang sangat strategis. Di sebelah utara, Morotai diapit di tengah-tengah Jepang - Korea - Taiwan - Filipina – Tiongkok. Di barat, ada Singapura dan negara ASEAN lain. Di selatan, ada Australia - New Zealand. Di timur, ada Republik Kep Palau serta negara-negara kepulauan di Pasifik. Kawasannya dinilai punya potensi besar untuk meraih pendapatan sebesar USD 17.000 seperti Republik Kepulauan Palau di utaranya.
“Karenanya tanggal 1 Juni 2016 akan ada launching untuk Wonderful Morotai Island 2016. Evennya sendiri akan dilakukan 26 September - 20 Oktober 2016, bersamaan dengan merapatnya yacht ke Morotai,” terang Pokja 10 Top Destinasi prioritas Pulau Morotai, Arie Suhendro, didampingi Ketua Pokja Hiramsyah Sambudhy Thaib.
BACA JUGA: Tips Bercinta agar Liar di Atas Ranjang
Wonderful Morotai Island 2016 ini di-declare sebagai event terbesar. Kombinasi dari daya tarik wisata alam/bahari, budaya dan buatan. Daya tarik wisata alam/baharinya akan dikembangkan di Pulau Mititia, Pulau Dodola, dan Pulau Kokoya. Daya tarik wisata budayanya akan diarahkan ke Pulau Zum Zum, Tugu Trikora dan Desa Gotalamo.
Sementara daya tarik wisata akan mengarah ke KEK Morotai, Museum PD II dan Pulau Kolorai. “Kami akan terus memperkuat 3A. Atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Atraksinya dimulai dengan tiga daya tarik wisata tadi. Pada saat sudah tercapai target menimal, bergerak ke yang lain, karena banyak daerah wisata yang bisa dikunjungi di Morotai,” tambah Arie.
BACA JUGA: Dokter Boyke Bicara Seks dengan Pimpinan KPK
Saat ini, Pokja 10 Destinasi prioritas Pulau Morotai sudah menyiapkan 24 pulau kecil yang akan dikembangkan. Sebanyak 19 di antaranya adalah lokasi diving. “Aksesibilitas yang dikembangkan adalah akses udara, akses laut, akses darat. Fokus utama saat ini adalah bandara. Dari tidak ada penerbangan ke Morotai, sejak tanggal 18 Maret 2016 ada satu kali penerbangan per minggu untuk 18 seat dengan Dimonim Air. Sejak tanggal 27 April 2016 meningkat menjadi tujuh kali per minggu untuk 70 seat dengan Wings Air,” urai Arie.
Untuk urusan amenitas, sektor kelistrikan, air dan pemukiman dan telekomunikasi, menjadi prioritas teratas. Dan hal itu, sudah mulai dijalankan bersama sejumlah BUMN dan instansi terkait lainnya. “Untuk kelistrikan, PLN telah memaparkan rencana untuk memenuhi listrik di Morotai saat rapat dengan DPR Komisi X di Ternate pada 27 Mei 2016. Untuk air dan pemukiman, Ditjen Cipta Karya telah survey ke Morotai pada 26 Mei 2016 dan ditindaklanjuti dengan Rakor di Ternate pada 27 Mei 2016. Sedangkan untuk telekomunikasi, sedang dilakukan peningkatan jaringan di Morotai,” paparnya.
Lantas bagaimana dengan home stay dan toilet? Soal ini, Arie mengaku sudah menyiapkan sejumlah langkah. Morotai melalui PT Jababeka Morotai, menurutnya, sudah siap membangun home stay dan toilet sebanyak 1.000 unit pada 2017, 3.000 unit pada 2018 dan 6.000 unit tahun 2019. “Totalnya 10.000 unit di tahun 2019. Pemerintah juga telah mendukung program ini dengan program pembiayaan, melalui MoU tiga pihak yang mewakili Kemenpar, Kemenpupera, dan BTN,” pungkas Arie.
Gerak cepat Pokja 10 Destinasi prioritas Pulau Morotai tidak berhenti sampai di situ. Pengembangan bandara juga ikut dipikirkan. Sebagai destinasi kelas dunia, Morotai mutlak memiliki bandara kelas internasional. Runaway-nya harus panjang, minimal 3.000 meter.
“Saat ini sudah sepanjang 3.000 meter, tetapi yang disiapkan baru 2.400 meter. Jadi masih perlu program peningkatan runaway 600 meter lagi. Untuk manuver pesawat, juga perlu peningkatan dari eksisting 40 meter menjadi 45-60 meter,” ujarnya.
Yang membuat Arie happy, runaway di bandara Morotai jumlahnya mencapai tujuh. Bagi Arie, ini modal yang sangat bagus. “Ini salah satu yang terbaik di Indonesia. Tinggal memperbanyak bus di darat saja. Dengan hadirnya Dimonim Air dengan 18 seat, Wings Air dengan 70 seat dan peningkatan demand, setidaknya dibutuhkan minimal empat bus berkapasitas 20 seat. Hal lain yang dibutuhkan adalah peluasan ruang tunggu penumpan,penambahan listrik, AC, SDM dan imigrasi,” ungkapnya.
Meski masih dalam proses pengembangan, Arie tetap pede bisa mendongkrak angka kunjungan wisman ke Morotai. Hingga 2019, Arie optimistis bisa menggaet hingga 500.000 kunjungan wisman. “Di 2015 ada sekitar 1.000 wisman yang ke Morotai. Target 2016 2.750 wisman, 2017 naik di angka 11.000 wisman, untuk 2018 targetnya 66.000 wisman, sementara 2019, angkanya harus menembus 500.000 wisman,” jabar Arie.
Menpar Arief Yahya memang terus mensupport Morotai Maltara untuk menjadi destinasi kelas dunia. "Memang harus ada big name investors yang masuk dan membangun amenitas di Morotai. Ada beberapa yang sudah komitmen untuk masuk. Tentu, akses bandara dan publik facilities akan diseriusi oleh pemerintah, untuk menghidupkan kawasan yang sudah ditetapkan sebagai KEK --Kawasan Ekonomi Khusus-- sejak lama itu," ungkap Arief.
Memang ada istilah telur dan ayam, mana dulu yang dibangun lebih dulu. Potensi bandara di sana sudah tersedia, tinggal diperbaiki dan dibangun terminalnya. "Sekarang sudah ada flights menuju ke Morotai, kalau dijadikan destinasi utama, pasti akan dibangun di sama," ungkap Arief. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingin Kerja Otak Semakin Cihuy? Yuk Olahraga
Redaktur : Tim Redaksi