jpnn.com, MALANG - Animo masyarakat untuk berlibur setelah pandemi covid-19 saat ini makin terlihat jelas di beberapa tempat. Para wisatawan seolah lupa ada pandemi corona yang menghantui.
Pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Maulina Pia Wulandari menuturkan, ada beberapa jenis wisatawan yang bisa memicu gelombang kedua penyebaran Covid-19.
BACA JUGA: Ganjar Minta Homestay di Dieng tak Terburu-Buru Menyewakan Kamar untuk Wisatawan
Beberapa jenis wisatawan tersebut yakni, wisatawan paranoid. Wisatawan yang takut berlebihan akan tertular Covid-19.
Kedua adalah tipe wisatawan stay alert, yakni wisatawan yang yang selalu waspada pada bahaya Covid-19.
BACA JUGA: PSBB Belum Usai, Kawasan Puncak Bogor sudah Macet Total
Ketiga, yaitu travel wise, merupakan wisatawan yang tetap menikmati perjalanan wisatanya tetapi tetap patuh pada protokol kesehatan dan keempat, tipe nekat merupakan wisatawan yang hanya senang menikmati perjalanan wisatanya, tapi abai pada protokol kesehatan.
"Yang perlu diwaspadai adalah wisatawan nekat, saya prediksi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan yang bijak dalam berwisata dan patuh dengan protokol kesehatan," tutur Maulina Pia.
BACA JUGA: Candi Borobudur Segera Dibuka Kembali, Ganjar: Ini Akan Jadi Obat Rindu
Menurut Pia, tipe wisatawan nekat inilah yang bisa mempercepat penularan Covid-19 di tempat wisata akibat rendahnya rasa kesadaran akan bahayanya virus ini dan tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Pelaku pariwisata harus mensosialisasikan hal-hal yang harus diketahui dan dipatuhi oleh para wisatawan serta konsekuensi-konsekuensi yang dihadapi jika melanggar protokol kesehatan," ujarnya.
Sosialisasi protokol kesehatan Covid-19 tersebut, lanjut Pia, bisa dilakukan melalui berbagai medium komunikasi seperti pamflet, buku saku, video pendek hingga reminder text messages.
"Selain itu ada juga layanan interaktif selama 24 jam sehingga memudahkan wisatawan menghubungi para pengelola pariwisata saat mereka menghadapi masalah seperti mengeluh mengidap adanya gejala yang mengarah ke Covid-19," terang Pia.
Jika sosialisasi tersebut tidak dilaksanakan oleh para pelaku pariwisata secara berkelanjutan, baik itu sebelum maupun setelah buka, maka gelombang kedua pandemi Covid-19 bisa saja terjadi.
"Jangan sampai industri pariwisata dituduh sebagai pemicu terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19. Yang berdampak penutupan total industri pariwisata Indonesia," pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia