jpnn.com, CIANJUR - Penderita penyakit mematikan Human Immunodeviciency Virus/Aquired Immunodeficiensy Syndrome (HIV/AIDS) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, didominasi oleh kalangan usia muda yang berkisar antara 15 tahun hingga 35 tahun.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur mencatat, hingga Agustus 2019, penderita penyakit ini sudah mencapai 125 orang. Angka itu belum termasuk 11 orang di antaranya adalah kawula muda yang berusia hingga 14 tahun.
BACA JUGA: Sudah Lebih dari Seribu Orang Tertular HIV AIDS di Kota Ini
Programmer HIV dan Kusta Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Cicih Kurniasih mengatakan, menilik pada data sementara itu, besar kemungkinan jumlah warga Cianjur yang terjangkit HIV/AIDS bakal melebihi dibanding tahun lalu.
“Data tersebut belum termasuk data lama. Artinya, orang yang terjangkit dari tahun lalu pun masih ada yang sebanyak 22 orang,” kata Cicih.
BACA JUGA: Miris, Setiap Bulan Ada Lima Penderita Baru HIV AIDS Usia Muda
Cicih menyebut, tahun 2018 tercatat sebanyak 140 orang yang terjangkit virus HIV dan AIDS. Jumlah tersebut di antaranya di Cianjur selatan 30 persen, Cianjur bagian kota, utara, dan barat 70 persen dari total 125.
“Hampir rata-rata di setiap wilayah yang ada di Cianjur, memiliki data orang yang terjangkit (HIV/AIDS). Hanya saja jumlahnya bervariatif,” ujarnya.
Adapun penularan virus HIV, dikatakan Cicih, terdapat empat faktor. Yakni dari cairan vagina, sperma, darah, dan cairan air susu ibu. Penyebab itulah yang bisa dijadikan indikator penularan virus HIV.
Jika ada yang menyebutkan dari hal lain seperti dari makanan, ataupun benda lain, itu dipastikan bukan dari faktor tersebut.
“Kadang ada juga dalam satu keluarga positif HIV, misalnya istrinya mengidap HIV, belum tentu anak dan suaminya bisa terjangkit. Asalkan si penderita tersebut rajin meminum obat yang telah diberikan dari rumah sakit,” jelasnya.
Dikatakan Cicih, para pengidap HIV di Cianjur cukup beragam. Tidak hanya dari kalangan yang memiliki risiko tinggi seperti pekerja seks komersial (PSK) atau sejenisnya.
Akan tetapi ada juga karyawan swasta, pengusaha, pengangguran, dan bahkan yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). “Iya ada. Yang bersangkutan ASN,” bebernya.
Cicih menceritakan, ASN dimaksud awalnya tidak terbuka bahwa dirinya terjangkit HIV sampai akhirnya menikah dengan seorang ASN lainnya sampai akhirnya memiliki anak.
Sayangnya, istrinya itu tidak mengkonsumsi obat sebagaimana diharuskan, lantaran tidak mengetahui bahwa suaminya positif HIV.
“Kan suaminya dari awal sebelum menikah sudah rutin minum obat dari rumah sakit. Tapi istrinya tidak. Akhirnya istrinya yang meninggal dunia,” ungkap dia.
Bahkan, lanjut Cicih, ASN penderita HIV itu rencananya akan menikah lagi dengan ASN lainnya. Akan tetapi, pernikahan itu batal lantaran calon istrinya mengetahui bahwa calon suaminya sudah positif HIV.
“Karena dari awal yang laki-laki ini tidak jujur soal kondisinya,” katanya.
Cicih menjelaskan, seseorang yang positif terjangkit HIV memang baru ketahuan setelah yang bersangkutan sakit-sakitan. Saat itu, si penderita sudah masuk stadium parah.
“Kalau masih merasa sehat itu jarang terdeteksi. Kecuali jika ada pasangannya, antara si pengidap dengan yang belum, kemudian mereka melakukan seks, itu bisa saja dua-duanya jadi terjangkit HIV,” paparnya.
Selain menular melalui transfusi darah dan hubungan seks bebas, HIV juga bisa menular melalui hubungan homo seksual.
“Rata-rata penderita HIV di Cianjur ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang belum,” katanya. (dan)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti