jpnn.com, BANYUWANGI - Pasukan militer China yang dikerahkan membantu operasi penyelamatan KRI Nanggala 402 menemukan kawah dengan kedalaman 10-15 meter di dekat lokasi kapal tenggelam.
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto memperkirakan kawah itu lokasi tenggelamnya badan tekan (pressure hull).
Penemuan kawah itu mendapat disoroti Pakar Geofisika dan Pengajar Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Mahmud Musta'in.
Mustain menduga kawah yang berdekatan dengan lokasi karamnya KRI Nanggala 402 itu disebabkan aktivitas gunung berapi di sekitarnya.
Dia menduga adanya kemungkinan magma salah sasaran dan mencari daerah yang lemah.
"Ketika tidak mampu menembus ke atas dia akan mencari sekitarnya sehingga di situlah akan terjadi tembusan panas dalam bumi," kata dia, Kamis (20/5).
Menurutnya secara teori hal itu bisa terjadi, meski fenomena tersebut sangat tak umum. Apalagi selama ini belum ada penelitian yang menguatkan temuan kawah di dasar laut utara Bali itu.
Dia menjelaskan penurunan muka tanah di dasar laut utara Bali juga bisa terjadi akibat aktivitas pertambangan minyak dan gas bumi di sekitar sana.
Seperti wilayah yang bawahnya banyak disedot minyak kemudian mengalami penurunan permukaan.
"Itu bisa amblas jika disebabkan material oil dan gas (yang disedot,red)," jelas dia.
Mustain menyebut harus ada penelitian menindaklanjuti temuan kawah di dasar laut itu. Survei mendetail harus dilakukan sebagai validasi dan konfirmasi keakuratan data.
"Jadi, perlu data batimetri tertentu, kedelamannya seperti apa," ucap Mustain.
Sementara itu, Pakar Geologi Pusat Studi Bencana ITS Amien Widodo mengatakan bahwa kemungkinan munculnya kawah di perairan utara Bali sangatlah kecil. Menurutnya, jalur magma antar gunung berapi tak melewati lokasi tersebut.
"Kalau aktivitas gunung berapi sudah muncul di Gunung Agung, atau Gunung Batur, di sebelah utaranya sudah enggak keluar lagi," kata dia.
Berdasarkan amatannya, temuan itu merupakan cekungan dasar laut atau palung. Cekungan itu bisa disebabkan oleh derasnya pergerakan massa air di dasar laut utara Bali.
"Di Bali dan Lombok itu lewatnya arus Pasifik menuju ke Samudera Hindia, kecepatan arusnya tinggi, karena tinggi maka permukaannya mengalami erosi, mengalami cekungan," jelas Amien. (mcr12/jpnn)
Redaktur & Reporter : Arry Saputra