TAK perlu diragukan lagi, Islam dengan kitab suci Alquran-nya telah membuat banyak peneliti tercengang. Kitab suci yang ada sejak 1.400 tahun lalu itu menyimpan ayat-ayat yang memiliki nilai-nilai ilmiah.
Penelitian ilmiah mendalam yang dilakukan selama bertahun-tahun ternyata telah termuat di dalam ayat-ayat suci Alquran.
Saya pernah punya pengalaman pribadi saat berkunjung ke museum sains di Poitier, Prancis. Kalimat pertama yang disampaikan pemandu di museum itu adalah asal muasal semua yang ada di bumi adalah air.
Pada saat mendengar kata-kata itu, saya tersenyum. Begitu pula rekan sesama mahasiswa yang berasal dari Maroko.
Kesimpulan bahwa segala sesuatu berasal dari air itu terdapat pada Alquran surat Al Anbiya ayat 30. Penggalan ayat dalam surat tersebut secara jelas menyebutkan bahwa "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup".
Yang perlu menjadi catatan di sini adalah Islam dengan kitab suci Alquran yang diturunkan sejak 1.400 tahun lalu telah menyimpulkan air sebagai asal muasal kehidupan. Masih banyak lagi statemen sainstifik di dalam Alquran yang sesuai dengan hasil penelitian terkini.
Satu contoh lagi, penelitian tentang alam jagat raya. Dalam sebuah teori disebutkan bahwa alam ini punya sifat mengembang atau semakin luas. Hal itu dibuktikan dengan penelitian tentang pancaran radiasi sinar kosmik. Juga dukungan teori efek dopler.
Nah, di dalam Alquran ada ayat pada surat Az Zariyat ayat 47 yang artinya, "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya". Kata-kata meluaskan itu cocok dengan teori tersebut.
Tapi, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa Alquran sejenis dengan buku sains. Tidak. Itu jelas berbeda sekali. Alquran tak menyebutkan cara membuat kolom bangunan yang baik atau cara bercocok tanam.
Bagi saya, kebenaran yang ada di Alquran itu tak butuh pembuktian sains. Sebab, bila demikian yang terjadi, dikhawatirkan orang menganggap sains sebagai yang utama. Padahal, kebenaran dalam sains bersifat tentatif atau bisa saja terkoreksi oleh penemuan terbaru.
Itu berbeda dengan kebenaran di dalam Alquran yang bersifat mutlak. Selain itu, kebenaran Alquran diberikan oleh Allah SWT. Sementara itu, kebenaran sains didapatkan dengan mencari.
Semua fakta yang telah disebutkan tadi cukup membuktikan bahwa agama Islam dan teknologi itu bisa sejalan. Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT juga sejalan dengan kodrat manusia. Artinya, bisa diterima oleh akal dan daya nalar manusia.
Terkadang orang itu sesumbar dengan kebesaran dan kecanggihan teknologinya sehingga menjauhi agama. Padahal, dalam agama ada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah pemberian atau ciptaan Allah SWT.
Siapa yang menjadikan biji jagung tumbuh dan berbuah? Apakah sekadar menanam bisa tumbuh dan seperti jagung? Bila menyadari hal itu, sebenarnya manusia hanya menjadi perantara. Hanya memanfaatkan apa yang diberikan Allah SWT.
Oleh sebab itu, mari jadikan agama Islam sebagai jalan yang membuat hidup makin terarah. Punya tujuan.
Ibarat sebuah kendaraan, ada mesin, kemudi, dan arah atau peta. Manusia itu disebut sebagai mesinnya. Kemudi adalah nafsu yang menggerakkan setiap langkah. Nah, agar langkah itu tepat dan sesuai, dibutuhkan arah atau peta atau dalam hal ini adalah agama. (jun/c6/ib)
*Penulis adalah Guru Besar Teknik Mesin ITS
Penelitian ilmiah mendalam yang dilakukan selama bertahun-tahun ternyata telah termuat di dalam ayat-ayat suci Alquran.
Saya pernah punya pengalaman pribadi saat berkunjung ke museum sains di Poitier, Prancis. Kalimat pertama yang disampaikan pemandu di museum itu adalah asal muasal semua yang ada di bumi adalah air.
Pada saat mendengar kata-kata itu, saya tersenyum. Begitu pula rekan sesama mahasiswa yang berasal dari Maroko.
Kesimpulan bahwa segala sesuatu berasal dari air itu terdapat pada Alquran surat Al Anbiya ayat 30. Penggalan ayat dalam surat tersebut secara jelas menyebutkan bahwa "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup".
Yang perlu menjadi catatan di sini adalah Islam dengan kitab suci Alquran yang diturunkan sejak 1.400 tahun lalu telah menyimpulkan air sebagai asal muasal kehidupan. Masih banyak lagi statemen sainstifik di dalam Alquran yang sesuai dengan hasil penelitian terkini.
Satu contoh lagi, penelitian tentang alam jagat raya. Dalam sebuah teori disebutkan bahwa alam ini punya sifat mengembang atau semakin luas. Hal itu dibuktikan dengan penelitian tentang pancaran radiasi sinar kosmik. Juga dukungan teori efek dopler.
Nah, di dalam Alquran ada ayat pada surat Az Zariyat ayat 47 yang artinya, "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya". Kata-kata meluaskan itu cocok dengan teori tersebut.
Tapi, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa Alquran sejenis dengan buku sains. Tidak. Itu jelas berbeda sekali. Alquran tak menyebutkan cara membuat kolom bangunan yang baik atau cara bercocok tanam.
Bagi saya, kebenaran yang ada di Alquran itu tak butuh pembuktian sains. Sebab, bila demikian yang terjadi, dikhawatirkan orang menganggap sains sebagai yang utama. Padahal, kebenaran dalam sains bersifat tentatif atau bisa saja terkoreksi oleh penemuan terbaru.
Itu berbeda dengan kebenaran di dalam Alquran yang bersifat mutlak. Selain itu, kebenaran Alquran diberikan oleh Allah SWT. Sementara itu, kebenaran sains didapatkan dengan mencari.
Semua fakta yang telah disebutkan tadi cukup membuktikan bahwa agama Islam dan teknologi itu bisa sejalan. Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT juga sejalan dengan kodrat manusia. Artinya, bisa diterima oleh akal dan daya nalar manusia.
Terkadang orang itu sesumbar dengan kebesaran dan kecanggihan teknologinya sehingga menjauhi agama. Padahal, dalam agama ada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah pemberian atau ciptaan Allah SWT.
Siapa yang menjadikan biji jagung tumbuh dan berbuah? Apakah sekadar menanam bisa tumbuh dan seperti jagung? Bila menyadari hal itu, sebenarnya manusia hanya menjadi perantara. Hanya memanfaatkan apa yang diberikan Allah SWT.
Oleh sebab itu, mari jadikan agama Islam sebagai jalan yang membuat hidup makin terarah. Punya tujuan.
Ibarat sebuah kendaraan, ada mesin, kemudi, dan arah atau peta. Manusia itu disebut sebagai mesinnya. Kemudi adalah nafsu yang menggerakkan setiap langkah. Nah, agar langkah itu tepat dan sesuai, dibutuhkan arah atau peta atau dalam hal ini adalah agama. (jun/c6/ib)
*Penulis adalah Guru Besar Teknik Mesin ITS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sisa Honorer K1 Diputuskan Pekan Depan
Redaktur : Tim Redaksi