TAK semua jihadis dadakan dari negara-negara barat tersebut cinta mati dengan ISIS. Sebanyak 30 militan dari Inggris ternyata ingin pulang. Mereka mengaku tidak ingin lagi menjadi jihadis ISIS. Mereka kecewa dengan konflik berkepanjangan di Iraq dan Syria.
Mereka yang "kapok" menjadi jihadis tersebut menghubungi Pusat Studi Radikalisasi dan Kekerasan Politik Internasional (ICSR) di King College dan menyatakan keinginannya untuk kembali. Untuk itu, ancaman penjara tentu menanti mereka yang sampai di Inggris nanti.
"Orang-orang ini ingin berhenti (dari ISIS, Red), tetapi merasa terjebak karena pemerintah membicarakan rencana memenjarakan mereka selama lebih dari 30 tahun," tutur Profesor Peter Neumann dari ICSR.
Sebelumnya, 40 warga Inggris yang pulang dari Syria telah ditangkap. Saat ini mereka menghadapi ancaman penjara dengan tudingan terorisme. Wajar jika pemerintah Inggris ketakutan. Sebab, mereka mungkin sebenarnya memiliki misi merekrut lebih banyak anggota atau malah menyerang dari dalam.
Namun, hal tersebut dibantah Profesor Greg Barton dari Pusat Penelitian Terorisme Global Universitas Monash, Australia. Ada kemungkinan bahwa mereka akhirnya sadar. Mereka menganggap bahwa perang di lapangan tidak sama dengan propaganda yang selama ini disebarkan ISIS.
Berdasar postingan di berbagai media sosial, rata-rata militan dari negara-negara barat dan Eropa yang bergabung dengan ISIS belum dewasa. Mereka adalah remaja yang mentalnya belum stabil.
"Kita berurusan dengan anak muda yang melakukan hal bodoh. Mereka didorong tekanan dan keinginan untuk diakui," tegasnya.
Salah seorang jihadis yang berhasil kabur tersebut adalah pemuda dari Turki. "Kelompok itu (IS, Red) menyebarluaskan ketidakadilan melalui kedok keadilan," jelasnya yang sempat bergabung dengan IS sebelum kabur sekitar dua pekan lalu.
Pemuda 20 tahun yang tidak disebutkan namanya tersebut baru saja meninggalkan Provinsi Raqqa, Syria. Sekitar dua pekan lalu dia masih berperang melawan pasukan pemerintah Iraq yang didukung penuh Amerika Serikat (AS).
BACA JUGA: Terpikat Dakwah Radikal di Internet
Dia menyatakan bahwa jumlah militan IS dari negara-negara Eropa terus bertambah. Selain Irlandia, Inggris dan Prancis menyumbangkan jumlah yang cukup besar.
Jumat lalu pemuda yang berhasil lari dari kelompoknya itu menuturkan, IS tidak seperti yang ditulis media. Kelompok radikal tersebut sebenarnya jauh lebih sadis jika dibandingkan dengan yang ada di benak masyarakat.
Bahkan, terhadap anggotanya sendiri, IS tidak kurang keji. Mereka yang menyimpang dari prinsip IS bisa langsung kehilangan nyawa. (BBC/CNN/Fox News/Daily Mail/c20/sha/hep/ami)
BACA JUGA: Gadis Lembut Itu Mendadak Jadi Radikal
BACA JUGA: Teror Pisau untuk Menhan Korsel
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Maniak Seks, Suami Ajukan Cerai
Redaktur : Tim Redaksi