jpnn.com, JAKARTA - Harga emas tergelincir USD 2,9 per ounce atau 0.16 persen pada penutupan pasar Senin (27/12).
Harga emas terseret penguatan USD dan indeks saham utama AS, namun, diimbangi risiko baru terhadap pertumbuhan ekonomi global dari meningkatnya kasus varian virus corona Omicron.
BACA JUGA: Update Harga Emas 27 Desember 2021, Sabar Ya Bun
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange ditutup pada posisi USD 1.808,80 per ounce.
Sementara di pasar spot, emas diperdagangkan stabil di USD 1.807,50 per ounce pada pukul 18.39 GMT.
BACA JUGA: Libur Natal, Harga Emas Kompak Naik
Optimisme bahwa gelombang terbaru dari pandemi COVID-19 yang dipicu oleh varian Omicron tidak akan mengganggu perekonomian telah membantu mendorong pasar saham lebih tinggi di sesi terakhir, meredam permintaan pasar untuk aset safe heaven.
Kendati demikian, Analis senior di Kitco Metals Jim Wyckoff mencatat emas berhasil bertahan di atas harga yang signifikan secara psikologis pada USD 1.800 pada awal hingga minggu terakhir perdagangan pada 2021.
BACA JUGA: Update Harga Emas Hari Ini, Masih Bisa Borong Bun!
Prospek emas pada kuartal pertama 2022 positif, dengan pendorong utama inflasi, kata dia.
"Dukungan yang mendasarinya datang dari kekhawatiran inflasi, kecenderungan Fed untuk kebijakan moneter yang sedikit lebih ketat tampaknya telah sedikit menenangkan pedagang emas" beber Wyckoff.
Analis Quantitative Commodity Research Peter Fertig menambahkan emas yang tidak memberikan imbal hasil sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi.
Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik dari level terlemahnya dalam hampir seminggu, membuat emas yang dihargakan dalam dolar kurang menarik bagi pemegang mata uang non-AS.
"Sementara USD menguat, tidak banyak pergerakan emas hari ini. Salah satu alasan utama kurangnya likuiditas adalah penutupan pasar selama Natal," kata Fertig. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia