jpnn.com - JAKARTA - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat menyiarkan pesan darurat siaga bencana tsunami setelah adanya gempa 7,8 SR di Samudera Hindia yang terletak 682 km sisi barat daya Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Rabu (2/3) 19.49 WIB.
Namun tak berselang lama, BMKG kembali menarik pesan itu, dan merilis bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Mengapa demikian?
BACA JUGA: Datang dari Surakarta, Sendirian, Minta MKD Pecat Ivan Haz
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, karena Indonesia tidak memiliki Buoy, mesin deteksi tsunami, sehingga BMKG mensinyalir ancaman tsunami secara manual.
"Indonesia punya 22 Bouy. Tapi rusak semua. Tidak ada anggaran untuk melakukan perawatan," kata dia di Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (3/3).
BACA JUGA: Anak Buah Cak Imin Dorong Jokowi Marahi Menteri Tukang Ribut
Dia melanjutkan, pihak BMKG menarik ancaman potensi tsunami lantaran bantuan dari Bouy milik Australia yang berada di selatan Kepulauan Mentawai. "Di sisi selatan Mentawai ada Pulau Kokos, Australia. Di situ ada satu Bouy milik Australia" terangnya.
Dia mengklaim, bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah memberikan anggaran untuk melakukan perawatan pada Buoy. Selain itu, kata dia, banyaknya masyarakat melakukan pengrusakan pada mesin yang berharga Rp 4 - 8 miliar itu.
BACA JUGA: KPK Diminta Lebih Jeli Garap Kasus Proyek Kemenpupera
"Banyak tangan-tangan vandalisme yang merusak Bouy di lautan. Contohnya yang di Laut Banda. Warga banyak mengambil sensor, lampu, dan alat-alat pada Bouy," terangnya.
Oleh sebab itu, dia meminta agar pemerintah lebih serius memerhatikan masalah tersebut, mengingat hanya Bouy ini yang bisa mendeteksi apakah suatu gempa berpeluang tsunami atau tidak.
Namun demikian, dia mengungkapkan, ada lima Bouy milik internasional yang berada di sekitar Indonesia. Bouy internasional itu, kata dia, sedikit memberikan sumbangsih pada pendeteksian dini ancaman tsunami di Indonesia.
"1 unit di barat Aceh milik India, 1 unit di Laut Andaman milik Thailand, 2 unit di selatan Sumba dekat Australia, dan 1 unit di utara Papua milik Amerika," tandas dia. (mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Misteri Gelas Pecah di Sela Makan Siang Mendagri
Redaktur : Tim Redaksi