jpnn.com, JOHANNESBURG - Afrika Selatan bertekad mendapatkan vaksin COVID-19 pada Februari namun masih melakukan pembicaraan dengan berbagai perusahaan farmasi dan belum ada kesepakatan yang ditandatangani.
Di tengah peningkatan kritik terhadap tanggapan pemerintah, Afrika Selatan (Afsel) sedang berjuang melawan peningkatan penularan virus corona, yang sebagian ditimbulkan oleh varian baru corona yang disebut sebagai 501.V2.
BACA JUGA: Para Kiai di Jateng Diusulkan Terima Vaksin Covid-19, Begini Reaksi Pak Ganjar
Afsel telah mencatat lebih dari satu juta infeksi, terbanyak di benua Afrika, dan lebih dari 29.000 kematian.
Dalam sebuah opini yang diterbitkan di media berita lokal besar pada Sabtu (2/1), sekelompok ahli kesehatan terkemuka mengkritik pemerintah yang dianggap bergerak terlalu lambat untuk mendapatkan vaksin dalam jumlah cukup.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Jambi Dapat 20 Ribu Dosis Vaksin COVID-19
Negara industri paling maju di kawasan Afrika itu telah bergabung dengan prakarsa distribusi vaksin COVAX yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Tetapi, skema melalui COVAX tersebut hanya dapat mencakup 10 persen dari total populasinya yang berjumlah sekitar 60 juta orang. Dosis pertama juga mungkin baru akan tiba pada kuartal kedua tahun ini.
BACA JUGA: 3 Juta Vaksin COVID-19 Mulai Didistribusikan ke 34 Provinsi
Keadaan itu menimbulkan kecemasan di kalangan ilmuwan dan akademisi, yang telah mendesak pemerintah untuk segera mencapai kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan farmasi mengingat negara-negara lain sudah mulai melakukan vaksinasi.
Mkhize mengatakan pada konferensi pers bahwa para pejabat sedang menempuh segala kemungkinan agar Afsel bisa mendapatkan vaksin sebelum dosis COVAX tersedia.
"Kami menargetkan Februari, meski semua itu sangat bergantung pada keberhasilan perundingan bilateral saat ini," ujarnya.
Mkhize mengatakan tujuan akhirnya adalah memvaksinasi minimal 67 persen dari keseluruhan penduduk Afsel guna mencapai kekebalan kelompok.
Pemerintah telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah produsen vaksin, termasuk Pfizer, Moderna, AstraZeneca, serta Johnson & Johnson, juga dengan produsen di Rusia dan China, menurut catatan kementerian kesehatan.
Catatan tersebut menunjukkan bahwa negosiasi telah berjalan dengan baik dan pemerintah cukup yakin akan bisa mulai mendapatkan pasokan vaksin pada kuartal pertama.
Mkhize mengatakan para pejabat sedang mempertimbangkan tiga mekanisme untuk mendanai pengadaan vaksin, yakni pembiayaan pemerintah, bantuan medis, dan kontribusi sektor swasta.
Jumlah kasus baru harian di Afrika Selatan telah mencapai rekor 18.000 dalam beberapa hari terakhir. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil